01

5.8K 158 10
                                    


"Kayla. Bangun! Ada Theo di bawah!"


Pagi itu, rumah Kayla sudah diwarnai dengan suara mamanya yang berusaha membangunkan gadis cantik yang masih nyaman di kasur dengan guling kesayangannya.


"Kayla..."


Kali ini, suara yang memanggilnya bukan dari mamanya, tapi suara seseorang yang serak dan seksi. Kayla tahu betul siapa pemilik suara itu. Dengan muka bantal, ia langsung bangkit dari kasurnya.


"Eh Theo, hehe. Tumben pagi-pagi ke sini?" tanyanya sambil menguap, memperlihatkan cengiran khas orang baru bangun tidur.


Theo hanya berdecak, lalu mengeluarkan handphone dari saku celananya.


Cekrek.


"Bangsat!"


"Heh! Jaga omongan. Pokoknya, kalau lima menit lagi kamu nggak turun, foto ini aku sebar ke grup sekolah. Dari basis angkatan satu sampai angkatan kamu," ucap Theo sebelum pergi begitu saja, tanpa menunggu jawaban dari Kayla.


Panik, Kayla segera mandi dan bersiap-siap secepat mungkin. Terlalu terburu-buru, makeup-nya jadi sedikit menor. Tak ingin membuat Theo menunggu lebih lama, Kayla segera turun menemui Theo yang sedang ngobrol dengan papanya.


"Telat! Tapi masih aku maafin."


Theo mengamati Kayla dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Ganti rok kamu gih. Itu kependekan."


"Nah, bener itu." Kayla makin terkejut saat papanya ikut menyuruhnya berganti rok, padahal menurutnya roknya masih cukup panjang.


"Nah, bener. Mama juga setuju!" ucap mamanya yang baru saja turun.


Kayla yang merasa roknya baik-baik saja, memilih keluar rumah dalam keadaan sebal.


Bukan Theo namanya kalau tidak mengejar gadis pujaannya. "Gak usah ngambek, nanti jelek."


Kayla tetap tidak memperdulikannya, malah memasang wajah cemberut sambil mendumel, membuatnya terlihat imut di mata Theo.


"Itu mulut kenapa ngedumel? Mau dicium?"


"Ih ogah! Udah, ayuk katanya mau jalan."


"Cie salting, pipinya merah tuh."


Kayla yang awalnya berusaha tenang jadi tidak terkendali akibat pacar yang suka modus, pipinya semakin memerah.


"Theo! Ayuk!"


Akhirnya, acara modus-modus Theo berakhir, dan mereka segera pergi ke tempat tujuan menggunakan 'si Item', motor sport hitam milik Theo.


"Pegangan sayang, kalau jatuh nanti gimana." Theo meminta Kayla memeluk pinggangnya, selain takut Kayla jatuh, hitung-hitung bisa modus lagi.


Kayla tidak keberatan memeluk pinggang kekasihnya, malah menyenderkan kepala dan memeluk semakin erat. Kayla sudah jatuh hati pada Theo seutuhnya. Mungkin kalau ada yang mencoba merebut Theo, Kayla akan siap menghadang. Di tengah perjalanan, Kayla teringat tentang mantan Theo yang katanya masih mengejarnya sampai sekarang.


"Theo, mantan kamu masih ngejar-ngejar kamu?"


"Gosip itu, yang. Mantanku emang yang mutusin aku, tapi dia nggak pernah ngejar-ngejar aku, apalagi ngemis cinta. Dia cewek baik, dia putusin aku karena suatu hal," jawab Theo.


"Oh, jadi kalau dia nggak mutusin kamu, kamu nggak akan sama aku sekarang?"


Theo terdiam cukup lama, membuat Kayla cemas.


"Kamu percaya takdir?" tanya Theo tiba-tiba.


"Percaya."


"Kamu percaya kuasa Tuhan?" tanyanya lagi.


"Percaya, kenapa emangnya?"


"Alasan aku sama dia putus dan alasan kita bisa bersama sekarang karena kuasa Tuhan dan takdir yang mempersatukan kita."


Theo memberhentikan motornya, memarkirkannya di tepi jalan. Ia menoleh ke arah belakang, menatap mata Kayla dengan dalam.


"Dan satu lagi. Sekalipun mantanku ngajak balikan, aku akan tetap sama kamu. Karena di hatiku ini, cuma ada kamu."

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang