25

880 58 7
                                    

Prank!

"Ya ampun itu apa?

--Theo!"

Kayla langsung berlari memasuki rumah Theo. Tepat sampai di ruang tamu, dia melihat Theo yang sedang meratapi nasibnya karena gelas berisi susu yang ia pegang pecah. Kayla dengan sigab berlari ke dapur untuk mencari plastik dan juga kain. Setelah ketemu, ia segera membersihkan serta membereskan semua pecahan-pecahan beling itu.

"Theo, kamu gapapa?" tanya Kayla sambil memegang bahu Theo.

Theo hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.

"Udah makan?"

Theo menggeleng, tidak lama perut Theo berbunyi menandakan pangeran tampan yang kadang brengsek ini tengah kelaparan.

Kayla mengukirkan senyumnya. "Ya udah, ikut aku sini!"

Theo membuntuti Kayla sampai ke dapur.

Kayla mulai mancari bahan-bahan yang ia perlukan, lalu ia lanjut memasak. Theo hanya memperhatikan dari samping, dan ia baru sadar kecantikan pacarnya ini melebihi bidadari.

Kayla hanya memasak bubur ayam, ia pikir makanan ini memang cocok untuk orang yang sedang sakit. Setelah makanannya siap, ia meletakkannya ke dalam mangkuk.

"Nih makan." Kayla menyodori mangkuk itu.

"Suapin."

Biasanya apa-apa Kayla yang akan manja, dan ini malah Theo.

Mungkin efek sakit.

"Ya udah duduk dulu sini."

Mereka duduk di kursi meja makan dan saling bersampingan. Kayla mulai menyuapi Theo dengan hati-hati. Sesekali Theo cemberut karena Kayla menyuapinya seperti sedang menyuapi anak kecil.

"Wih kereta datang, tut tut~"

"Buka mulutnya Theo, pesawatnya mau masuk nih."

"Helikopter terbang~"

Setelah selesai makan, Kayla dan Theo memilih untuk nonton televisi bersama di sofa panjang.

"Kay."

"Iya?"

"Sini deh!"

"Ngapain?"

"Udah sinian aja!"

Kayla mau tidak mau mengikuti Theo.

Dan--

Cup.

Theo mencium pipi Kayla, lalu ia segera tidur dan menjadikan paha Kayla sebagai bantal.

Gak tau aja ini jantung Kayla hampir copot.

Si pelaku hanya senyum-senyum sambil memejamkan matanya seolah tak berdosa. Sedangkan tangan Kayla beralih untuk mengusap-usap rambut pacarnya.

"Halus sama lembut banget ini rambutnya."

Kalimat itu terus terngiang di otaknya. Belum lagi aroma parfum Theo yang wanginya semerbak tapi enak banget.

Gak kayak wangi minyak nyong-nyong bapak-bapak.

"Kay." lagi-lagi Theo memanggil Kayla dengan nada yang lembut.

Ini semakin membuat kebahagiaan Kayla naik bertingkat-tingkat.

"Iya?"

Ini Theo masih dalam posisi tidur dan mata yang tertutup. "Aku mau ngomong."

"Silakan."

"Tapi jangan dipotong ya."

"Iya."

Theo menyunggingkan senyumnya terlebih dahulu, tapi matanya masih terpejam. Untungnya masih terpejam ya, kalo gak ya ketahuan pipi Kayla lagi merah kayak tomat.

"Di jalan ada lampu.
Di kuburan ada hantu.
Di istana ada ratu--"

Theo menjeda kalimatnya.

Kayla penasaran. "Terus?"

Theo membuka matanya, ia beralih posisi menjadi duduk dan menatap Kayla dengan lekat. Theo memegang jemari gadisnya dengan erat, tak lupa ia mengukirkan senyumnya yang mampu membuat siapa saja tersihir.

"--Di hati aku,
ada kamu."

Ya Tuhan kenapa ada manusia super tampan blasteran korea-surga modelan Theo ini jago banget ngegombal.

Andai sedang sendiri, rasanya Kayla ingin teriak saja sekarang.

"Cieee, pipinya merah." Theo mengusap-usap pipi kekasihnya ini.

Kayla yang malu segera menutup pipinya dengan kedua tangannya. Theo tertawa puas, dan ia segera membawa Kayla ke dalam pelukannya.

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang