44

683 62 15
                                    

"Serius lu gak mau pulang bareng gw, Kay?"

Kayla mengangguk. "Iya kak."

"Terus lo pulang sama siapa?"

"Ada deh." jawab Kayla sambil senyum-senyum cantik.

"Cowok baru ya? Jangan-jangan si Jaish" ucap Nida menyangka-nyangka.

Akhir-akhir ini Jaish si anak Hukum sedang proses pendekatan dengan Kayla, jadi Nida pikir mungkin Jaish yang akan menjemput Kayla.

"Jaish jurusan hukum? Gak lah, dia mah pelit mana ada mau nganterin gw balik."

"Padahal diliat-liat kalian cocok juga."

"Gak deh kalo sama Jaish mah, mending sama Lavi."

"Gw bilangin ke Lavinya ya, Kay."

"Ih gw bencanda kak, lu mah serius mulu."

"Ya udah, lo sama Lavi juga cocok kok."

"Gini deh kak, kalo lo bilang gw sama Lavi cocok berarti lo sama kak Samuel juga cocok."

Nida memutar bola matanya malas. "Jangan gitu napa!"

"Dari jaman SMA loh kak, bahkan satu sekolah dulu tau banget kalo kak Samuel demen sama lo. Dulu lo kan malu-malu tai kucing kak."

"Ya gimana ya Kay, kak Samuel itu dulu ketos, gw cuma anak baru, jadi gak berani bertingkah. Eh pernah deh gw dulu bertingkah."

"Bertingkah?" tanya Kayla bingung.

"Kan dulu gw jadi orang ketiga diantara lo sama Theo"

"Lo gak salah pas waktu itu kak. Gwnya aja yang bego."

Nida berdecak sebal. "Gw juga samanya bego Kay. Udah tau Theo pernah nyakitin gw, tapi gw masih terima."

"Gini deh kak biar enak. Lo sama gw gak bego, yang bego itu Theo."

"Kenapa gitu?"

"Bego aja dia kak, nyia-nyiain cewek secantik dan setulus kita." jawab Kayla sambil mengibaskan rambutnya ke belakang.

Nida tersenyum manis. "Gw seneng liat lo yang sekarang, Kay."

"Senengnya?"

"Ya karena--"

Tinnn.

Sebuah mobil hitam mewah berhenti tepat di depan Kayla dan juga Nida. Saat pengemudinya keluar dari mobil, seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang sedang lewat langsung terkagum-kagum.

"Gila ganteng banget!"

"Woy kulitnya please, gw kalah."

"Licin banget."

"Idaman gw."

"Fiks dia jodoh gw!"

Pangeran tampan itu membuka kacamata hitamnya, ia tersenyum manis dan menampakan lesung pipinya.

"Siang dua bidadari, hehe."

Nida menatap laki-laki tersebut tak percaya. "Ini beneran lo? Ih gila, Jeffry lu ganteng banget!"

"Baru nyadar kak kalo gw ganteng?"

Nida langsung terdiam dan memuji karya Tuhan yang indah sedang berdiri di hadapannya.

"Hai Kayla, eh lo kan udah loncat kelas ya? Apa perlu gw panggil lo kak Kayla?"

Kayla tertawa, gak banget dengar Jeffry memanggilnya dengan embel-embel kakak.

"Ih si kakak, ketawanya makin cantik aja."

Jeffry mengusap lembut pipi Kayla, dan jangan lupakan senyum manis milik Jeffry masih mengembang indah. Kayla seperti tersihir, ia menatap Jeffry dengan sangat dalam, dan jantungnya mulai berdegup kencang.

"Sumpah ya, kalo kalian pacaran mending langsung pergi deh, hush." usir Nida.

Jeffry tertawa lalu entah ada angin dari mana ia salaman kepada Nida. "Mohon doa restunya ya doro ratu, saya mau mencoba menjaga hati untuk tuan putri yang ada di sebelah doro."

Kayla merasa pipinya sudah merah padam, tetapi dia berusaha untuk terlihat biasa aja.

"Ya udah tuan putri, sebelum pangeran antar tuan putri sampai rumah, pangeran mau ajak tuan putri makan siang dulu." ucap Jeffry sambil merangkul Kayla.

Kayla yang ngerasa pipinya semakin panas segera menutupnya dengan kedua tangannya.

"Cie pipinya merah cie." ledek Jeffry.

"Duh bucinnya dua manusia ini."

"Lo sama bang Samuel aja sana! Apa perlu gw telpon doi?" kata Jeffry diselingi ledekan.

"Gak! Ampe macem-macem gw gak restuin lu sama Kayla ya, Jae."

"Saya bercanda doro ratu."

Kayla menatap Jeffry dari samping, ia pikir-pikir Jeffry ganteng juga. Senyum manisnya Jeffry kali ini mampu membuat mood Kayla naik berkali-kali lipat. Jeffry juga gitu, melihat senyum Kayla makin lama makin dibuat jatuh cinta.

"Lepas!"

Theo yang tiba-tiba datang langsung menarik Jeffry yang sedang merangkul salah satu wanitanya.

"Wey selow dong."

Theo tersenyum sinis. "Wah saingan gw masih belum berubah yak."

"Apa kabar Ansen Theo Edison? Long time no see bukan?"

"Gak usah sok asik!"

"Terus lo narik-narik gw tadi juga sok asik bro!"

"Lo rangkul cewek gw, ya gw gak suka!"

"Cewek lo?" Jeffry tertawa renyah. "Kayla cewek gw."

Ucapan Jeffry barusan tidak hanya membuat Theo terkejut, Kayla dan Nida pun terkejut dibuatnya.

"Kayla cewek gw!"

"Dih apaan, Kayla cewek gw! Wlee." ledek Jeffry sambil julurin lidahnya.

"Dia punya gw."

"Oh tentu tidak. Kayla punya gw" ledek Jeffry kesekian kali.

"BACOT!"

Bugh!

Pukulan keras Theo dilayangkan kepada Jeffry. Jeffry mengusap kasar pipi dan ujung bibirnya yang sedikit berdarah.

"JANGAN BANYAK BACOT MAKANYA!" teriak Theo.

"Eh udah-udah, gak enak diliatin banyak orang." ucap Nida mengengahi.

Theo menatap Nida dengan tajam. "Gak usah ikut campur!"

Nida sedikit terkejut saat Theo membentaknya, seingatnya Theo tidak pernah membentaknya seperti ini.

"Oke, gw gak akan ikut campur. Tapi jangan harap gw bakal mau ketemu lagi sama lo Theo!"

Setelahnya Nida benar-benar beranjak pergi dari sana. Theo menatap punggung Nida yang mulai menjauh, ia mengusap kasar wajahnya.

'Bahkan gw gak bisa lepasin salah satu diantara mereka.'

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang