51

568 51 15
                                    

"BERHENTI ATAU GW TEMBAK!!"

Kayla dan Nida tidak menghiraukan peringatan dari Theo, mereka tetap berlari sekuat tenaga mereka.

Dor!

Dor!

Dor!

Tiga-tiganya meleset dan tidak ada yang mengenai mereka sama sekali.

"Akh sial! CEPAT TANGKAP!"

Kayla dan Nida tidak tahu harus berlari kemana, mereka hanya mengikuti arah jalan. Mereka juga berharap akan cepat menemukan pemukiman, karena hanya itu satu-satunya harapan.

Semakin mereka berlari dengan cepat, maka para ajudannya Theo mengejar mereka yang juga sama cepatnya.

Untungnya gaun yang Nida kenakan hari ini tidak terlalu besar, setidaknya ia masih bisa berlari dengan mengangkat-angkat gaunnya.

Walau kaki jenjangnya sedikit terekspos.

Kayla dan Nida bernapas lega saat mereka sudah memasuki jalan raya. Mereka mencari orang ke sana ke mari.

Namun kemana semua orang pergi?

Mengapa begitu sepi?

Nida mencoba untuk berlari ke sisi sebrang, namun tiba-tiba mobil sedan dengan kecepatan tinggi melaju ke arahnya.

"KAK NIDA AWAS!"

l i m e r e n c e

"Ini daerah mana woy?" tanya Lavi penasaran.

Jaish mengangkat bahunya acuh. "Gw juga gak tau, tuh yang ngarahin si jutek."

Wina menatap Jaish dengan tajam. "Lo panggil gw apa?"

"Enggak, gw bercanda."

"Gak usah boong lo! Gw denger."

"Enggak-enggak, lo cantik kok."

Wina memutar bola matanya malas, baru pertama kali bertemu cogan yang semenyebalkan Jaish.

"Tapi serius deh Win, ini di mana?" tanya Kiki yang ikut penasaran.

"Arah rumah Theo."

Salsa menatap bingung ke arah Wina. "Dih, emang Theo pindah?"

"Engga gitu maksud gw, sekarang dia udah punya rumah sendiri. Katanya si itu hadiah dari bokapnya Theo, gitu deh~"

Semuanya ber-oh ria.

"Terus kita harus ngapain?" kini giliran Jasson yang bertanya.

"Jalan aja udah, mobil udah pada mogok kan. Masa mau dorong mobil sampe rumah Theo, mending tinggal terus kita lanjut jalan."

"Masih jauh win? Kaki gw udah pegel banget anjir, pen bobo aja rasanya." rengek Kiki.

"Udah be, ngeluh bae lu!"

"Emang lu bertiga siapa si? Gw gak pernah liat kalian di kampus." tunjuk Lavi kepada Wina, Kiki, dan Salsa.

"Gw? Salsa si cantik." jawabnya percaya diri.

Lavi awalnya mau muntah, tapi tidak ia lakukan karena menyadari bahwa Salsa memang cantik.

"Gw Wina, lebih cantik dari Salsa." nah kan songongnya mulai keluar.

"Hilih, bicitbingit." itu Jaish yang nyautin, dia lagi sensi sama Wina yang padahalbaru kenal beberapa jam lalu.

"Gw Kiki, pacarnya Saka." ucap Kiki sembari menggandeng lengan kekasihnya a.k.a Saka yang suka arisan panci di komplek.

"Terus hubungannya kalian sama Kayla Nida apaan?" Lavi sebenarnya ingin tahu kaitannya mereka sama Kayla dan Nida, bukan mereka siapa terus cantik apa tidak.

Untung Lavi sabar.

"Sahabatnya Nida lah." jawab Kiki, Wina, dan Salsa berbarengan.

"Hilih sik ngiki-ngiki sihibit." nah Jaish mulai julid lagi.

Yuda menatap Jaish pakai tatapan mautnya. "Diem atau gw ceburin ke kali."

"Iya apa a'a Yuda, Jaish teh cuma bercanda."

"Hilih sik bicindi bicindiin!" balas Wina yang ikut-ikutan julid.

"Apaan si lo!" kesal Jaish tidak terima.

"Lo yang apa-apaan anjir!"

"Lo lah!"

"Lo monyet! Ngaca!"

"Heh ganteng begini dikata monyet! Sekate-kate lo."

"BICIT LI!"

"LO TUH!"

"DIEM ATAU GW NIKAHIN!" teriak Niko frustasi.

"Dah lah, lama-lama juga nanti jodoh." ledek Jasson.

"Gak mau ah, gw maunya sama lo aja." ungkap Wina sambil tersenyum manis.

Jasson berdidik geli. "G!"

"Eh bentar, ada berita nih!" Samuel membaca beritanya pelan-pelan agar semuanya mendengar.

Dan--





















"HAH? KECELAKAAN!"

Bersambung,
Limerence

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang