Satu-satunya harapan Theo untuk hidup adalah Nida. Ia sudah kehilangan Kayla, entah di mana keberadaan gadisnya itu. Setidaknya sekarang ia ingin meminta maaf dan memperbaiki semuanya dengan Nida. Setelah ia ambruk di depan rumah Kayla, Theo harus kembali di rawat. Seminggu setelah ia sembuh, Theo segera pergi ke rumah Nida.
Tok tok.
"Da, ini aku Theo Edison. Tolong bukain, Da."
Tok tok.
"Da, aku mau perbaiki semuanya sama kamu."
Tok tok.
"Aku mohon balik lagi sama aku, jangan tinggalin aku. Aku tau aku brengsek Da, tapi aku mohon jangan tinggalin aku. Aku bahkan rela sujud di kaki kamu sekarang juga. Aku minta maaf atas semuanya Da, aku minta maaf. Aku tau aku terlalu brengsek untuk kamu, tapi tolong maafin aku. Ayo perbaiki semuanya."
Ceklek.
"Theo?"
"Om? Om maafin Theo, Theo minta maaf."
Theo mencoba untuk mencium punggung tangan tuan Amorist, namun tuan Amorist menolaknya.
"Puas kamu rusak anak saya? Dan sekarang kamu baru kesini? Brengsek kamu, Theo!"
Theo mencoba mengatur napasnya. "Saya minta maaf, saya janji saya akan tanggung jawab."
"Tanggung jawab? Abis itu kamu sakitin lagi anak saya? Iya begitu?"
Theo kembali menangis. "Tolong om, saya mau perbaiki semuanya."
"Omong kosong!"
"Saya mohon, om."
"Gak usah nangis kamu! Saya gak percaya itu tangisan penyesalan. Palingan kalo dikasih kesempatan kamu langgar lagi."
"Enggak om, saya mohon."
Jack keluar karena mendengar keributan di luar rumahnya. "Bang Theo?"
"Jack, Nida di mana?"
Jack tersenyum sinis. "Gila ya lo, baru sadar sama kesalahan lo setelah bertahun-tahun lamanya? Dan sekarang lo baru nyariin kakak gw?"
"Gw mohon Kook, kasih tau gw Nida ada di mana."
"Coba aja Kayla gak pergi, gak mungkin sekarang lo di sini nangis-nangis minta ketemu sama kakak gw. Brengsek!"
Theo menjatuhkan dirinya, ia sujud di kaki Jack dan juga tuan Jeon.
"Saya mohon ampun om, Kook. Saya janji ini yang terakhir, saya mohon."
"Janji aja terus, bilang ini yang terakhir, nanti kamu brengsek lagi. Bosen saya sama siklus kamu."
"Saya mohon, om."
"Bangun lo!" bentak Jack.
Theo masih belum bangkit, ia masih disana dengan tangisan yang tak kunjung reda.
Jack menarik kerah baju Theo. "Dengerin gw baik-baik Kim Theo. Kak Nida udah mulai hidupnya yang baru, mungkin begitu juga dengan Kayla. Lo harus sadar bang, lo terlalu brengsek buat mereka! Dan ini peringatan terakhir buat lo, jauhin kak Nida atau gw bakar lo idup-idup!"
Jack mendorong Theo hingga terjatuh. "Pergi dari sini sebelum gw berubah pikiran!"
Theo berdiri, ia perlahan mulai pergi dari sana.
Apa seharusnya ia mati saja sekarang?
Apa tidak ada jalan keluarnya?
Theo menyadari bahwa dirinya sosok yang brengsek, tapi tolong kali ini ia mau mencoba berubah.
Kenapa disaat ia benar-benar tulus ingin berubah, semua orang meninggalkannya?
Kayla dan Nida pergi darinya, dan pasti mereka berdua membenci dirinya. Niko, Saka, Jasson, Yuda, Jay, Jack? Mereka semua memusuhinya sekarang. Mama? Papa? Bahkan mereka hanya peduli dengan pekerjaan mereka. Jujur, kedua orangtua Theo tidak mengetahui masalah yang terjadi antara anaknya dengan Nida maupun Kayla.
"Ya ampun Theo, dari mana aja kamu? Kamu itu masih sakit nak, jangan keluyuran begini. Loh ini juga kenapa?" Rena menangkup pipi anaknya "Kamu nangis? Siapa yang bikin anak mama nangis hah? Siapa?!"
Theo menepis lengan Rena. "Gak usah sok peduli"
"Theo, sejak kapan kamu berubah kasar gini ke mama?"
Theo memutar bola matanya malas, ia sungguh muak dengan semuanya.
"THEO EDISON!"
Tuan Edison datang ke rumah dengan keadan murka, suaranya juga naik menjadi beroktaf-oktaf.
"Berdiri kamu!"
Theo menurut, ia bangkit dari kursinya.
Bugh!
Semua luka Theo belum pulih, kini ia harus mendapatkannya, dan itu dari papahnya sendiri.
"Anak kurang ajar! Sejak kapan papah ajarin kamu jadi anak brengsek kayak gini Theo?!"
Rena jadi ikut-ikutan berdiri, ia juga membantu anaknya untuk bangkit.
"Ada apa si pah?"
"Anakmu ini!" tuan Edison menunjuk Theo. "Brengsek!"
"Brengsek gimana pah?"
"Jadi alasan kenapa tiba-tiba keluarga Amorist batalin semua pertunangan karena ulah kamu kan Theo? Hah? Jawab Kim Theo!"
Theo mengangguk pasrah.
"Ini ada apa si pah? Kenapa sama keluarga Amorist?"
"Dia sudah merusak putri mereka mah."
Rena menatap anaknya tidak percaya, ia menangis sekarang, sungguh terkejut akan perilaku anaknya yang kelewat brengsek.
"Mamah kecewa sama kamu Theo."
Theo tertawa sinis. "Terserah! Silahkan kalian benci saya, saya muak sama semuanya! Gak usah sok peduli sama saya! Kerjaan kalian itu cuma cari duit doang, sampe lupa sama saya!"
"THEO EDISON!" bentak tuan Edison kesekian kalinya.
"Kenapa? Mau marah? Iya saya akui saya brengsek, saya akui saya jahat. Tapi biarlah, kalian peduli apa?!"
Bugh.
Pukulan yangdiberikan papanya yang ini sukses membuat anaknya tidak sadarkan diri. WalaupunRena kecewa dengan sikap anaknya, tapi bagaimana pun Theo tetap anaknya.
Bersambung,
Limerence.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE (revisi)
Fanfiction"Terimakasih teruntuk perjalanan kisah cinta yang diluar akal." Ansen Theo Edison (Kim Taehyung), laki-laki berparas tampan yang mempunyai harta melimpah. Semua keinginannya harus terpenuhi, apa pun caranya, ia harus dapatkan. Termasuk cinta dari du...