16

1.1K 67 10
                                    

"KALIAN?"

Keadaan mendadak menjadi canggung, Nida menunduk takut, Yuda diam dengan wajah datarnya, dan Theo yang memasang wajah super duper dingin.

"Ngapain peluk-peluk cewek gw?" nada bicara dari pertanyaan Theo barusan memang tidak tinggi, namun penuh dengan penekanan.

Yuda tertawa sinis. "Cewek lo? Cewek lo kan Kayla."

"Nida juga cewek gw!"

Yuda mendadak berdiri, ia kelewat sabar sekarang.

"Apa? Emang bener kok Nida itu masih cewek gw!"

"Bangsat!"

Bugh!

Satu pukulan keras mendarat di pipi mulus Theo.

Theo memegang pipinya, lalu ia berjalan mendekat ke arah Yuda. "Jangan kotori pipi gw sama tangan hina lo."

"Hina untuk membela sahabat ga salah, mulut lo bahkan lebih busuk dibandingkan sampah!"

Theo tertawa miris, baru kali ini orang yang ia sudah anggap seperti keluarga menjatuhkan harga dirinya dengan semudah itu.

"Lo suka sama Nida? Kenapa ga ngomong dari awal? Mau rebut Nida? Coba aja, tapi--" Theo menggantungkan ucapannya.

Theo beralih berjalan mendekati Nida, ia menatap Nida dengan tatapan tajam dan menusuk. "Nidanya mau gak sama lo?"

Nida bingung harus berbuat seperti apa, ia takut Theo akan marah besar. Nida sangat kenal akan sifat Theo, jika emosinya sudah sampai di puncak, bisa-bisa Yuda akan masuk ICU hari ini.

"Nida." panggil Theo dengan nada selembut mungkin. "Aku atau Yuda?"

Yuda berdecak sebal, ia menarik Theo agar menjauh dari Nida. "Gw ke Nida cuma sebatas sahabat Theo! Ilangin sifat possesive lo! Dan inget baik-baik, lo udah ada Kayla, dan Nida cewek yang terlalu baik, jadi gak cocok buat lo."

"Yuda.. " panggil Nida.

Yuda dan Theo mendadak menatap Nida secara bersamaan.

"Jangan berantem tolong, gw gak mau kalian berantem cuma karena kesalahpahaman kayak gini."

"Cuma? Pelukan itu cuma ya Da? Haha." tanya Theo dan diiringi tawa jahatnya.

"Aku minta maaf.. " intonasi suara Nida mulai merendah, ia bahkan sudah menangis.

Masalah dalam hidupnya sudah berat, dan ia tidak mau ada masalah baru datang lagi.

"Lo ga salah Da! Gak perlu minta maaf." ucap Yuda dengan tegas.

"Gw yang salah, gak seharusnya gw kayak gitu."

"Gw bilang lo gak salah Da!"

Bruk.

Theo menendang kursi yang ada di sisi ranjang, itu membuat suasana semakin panas.

Ceklek.

Tiba-tiba Kayla masuk bersama dengan Jeffry dan kantong plastik yang berisi makanan juga minuman favorit Nida.

"Permisi.. "

Kayla dan Jeffry mendadak mematung di ambang pintu, mereka juga terkejut atas kejadian yang begitu tiba-tiba ini. Theo menatap Nida lalu beralih menatap Kayla. "Udah lah serah lu berdua! Mau pacaran atau nikah sekalian juga silakan, gw juga gak perduli!"

Theo menarik Kayla, membawanya pergi dari sana.

"Theo babi! Marah sama Nida, balik ke Kayla, ntar sebaliknya juga kayak gitu." kata Yuda frustasi.

l i m e r e n c e

Kayla hanya menatap Theo dari samping, laki-laki tampan di sampingnya ini malah semakin sempurna dengan wajah dinginnya.

"Theo.. " panggil Kayla pelan.

Theo hanya berdeham, tidak berniat sedikit pun untuk menoleh ke arah Kayla. Kayla yang merasa terkacangi memilih jalan lain, ia menarik Theo kedalam pelukannya. Kayla memeluk Theo dengan sangat erat. Ia rindu semua ini, bahkan aroma parfum Theo masih ia ingat dengan jelas.

"Aku kangen kamu Theo." lirih Kayla.

Theo awalnya terkejut, lalu ia mengusap kepala Kayla dengan lembut.

"Aku juga kangen kamu."

"Jangan balik lagi sama kak Nida, aku gak mau, kamu cuma punya aku!"

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang