19

1K 59 11
                                    

Nida dan Kayla mulai menyusuri hutan. Suhu di sini sepertinya sangat rendah, terbukti dengan Nida yang sudah mengepalkan kedua jemarinya. Matahari masih menampilkan keeksistensiannya, namun mereka ingin cepat-cepat kembali ke tenda. Nida sudah memeluk banyak kayu bakar, sedangkan Kayla melamun menatap sunset yang memang terlihat indah bila ditatap dari ketinggian.

"Harusnya lo gak dateng lagi kak" suara Kayla memecah keheningan.

Nida masih melanjutkan memungut beberapa kayu bakar, ia tidak merespon ucapan Kayla barusan.

"Lo bikin Theo jadi lupa sama gw" lagi dan lagi Nida hanya mengabaikannya.

"Lo tau gak sih?" Kayla memutar tubuhnya, ia menatap Nida yang masih sibuk dengan kayu-kayu itu.

Kayla jalan mendekat, ia membuang kayu-kayu tersebut, lalu ia menatap Nida dengan intens.

"Lo kenapa si Kay?" tanya Nida bingung.

"Lo yang kenapa? Kenapa lo balik lagi? Lo bikin Theo jadi lupa sama gw! Lo tau gak si kak, lo itu PHO!"

Nida masih diam, ia ingin mendengarkan semua yang akan Kayla katakan.

"Lo--" Kayla menunjuk Nida "cewek murahan."

Plak!

Nida menampar Kayla, ia tak habis pikir dengan semua ucapan Kayla barusan.

"Gw PHO ya Kay? Cewek murahan? Iya? Tapi kalo Theo yang ngejar-ngejar gw, ngemis cinta gw, yakin lo masih mau nyalahin gw?" Nida berbicara dengan nada selembut mungkin, ia tidak mau menyia-nyiakan energinya untuk orang yang salah.

"Gw mengakui kalo gw salah karena nerima Theo balik. Tapi lo gak bisa nyalahin gw sepenuhnya Kay, karena apa? Karena bukan gw yang minta Theo balik ke gw, tapi Theo sendiri yang minta itu. Katakan gw bego dan jahat nerima Theo balik disaat dia udah sama lo, tapi apa bedanya sama lo dan Jeffry?"

Kayla tertegun "Kenapa bawa-bawa Jeffry?"

Nida melangkah lebih dekat ke arah Kayla "Karena lo dan Jeffry gak ada bedanya sama gw dan Theo, bahkan kalian berdua lebih gila. Kay, kalo Theo balik lagi ke gw itu gak sepenuhnya salah gw, kalo Theo jadi lupa sama lo ya itu juga bahkan bukan salah gw sama sekali. Buka otak lo, kalo lo tau bakal terus-terusan disakitin sama Theo, kenapa maksa buat bertahan?"

Nida membuang napasnya kasar, ia berjalan menjauh dari Kayla, lalu berhenti tepat di dekat jurang yang menampilkan keindahan senja sore itu.

"Gw emang salah nerima balik cowok brengsek kayak Theo. Tapi jangan harap gw bakal minta maaf sama lo, karena apa--" Nida memutar badannya dan menatap lekat Kayla "karena gw gak suka minta maaf sama orang kayak lo"

Kayla tertawa sinis. "Lo pikir gampang ngelepas orang yang dicinta gitu aja?!"

"Siapa bilang mudah? Kay. Lo mau rebut Theo dari gw silakan, gw gak keberatan. Tapi gw akan sangat keberatan kalo lo nyakitin Theo. Gw gak suka ada yang nyakitin orang yang gw sayang."

"Sayang ya? Haha. Lo tuh emang gak tau diri kak. Kak Jay ngejar lo dari dulu kan? Kenapa gak mau coba terima dia? Kenapa harus terima Theo yang jelas-jelas Theo itu udah milik gw dan.. Bukan milik lo kalo dia masih ngemis cinta gw." Nida memotong ucapan Kayla.

Kayla mulai terpancing emosi, ia mendorong Nida, karena kaki Nida masih sakit ia terjatuh begitu saja.

"Gw pengen lo keluar dari hidup gw dan Theo!" Kayla melempar sebuah balok kayu tetapi untungnya Nida dapat menghindar.

"Jangan gila Kay!" Nida mencoba untuk berdiri.

"Gila? Gw bahkan bisa lebih gila dari ini kalo lo masih ganggu gw sama Theo!"

Kayla ingin mendorong Nida kembali, namun Nida menahan dan mendorong balik Kayla.

Kayla terjatuh, dan ia tidak tinggal diam, Kayla bangkit dan mencakar wajah Nida.

"Akhh sial!" Nida mendorong agar Kayla menjauh darinya, lalu Nida merasakan wajahnya mulai memanas, ia mendekat dan mencakar balik wajah Kayla.

Kayla yang tidak terima langsung mendorong Nida, dan sialnya Nida harus terdorong ke jurang.

"Akhhh!!!"

Kayla sempat tertarik dan membuatnya menabrak pohon lalu ia berpegangan di sana. Kayla yang shock mencoba untuk menarik napasnya pelan, perlahan ia menatap jurang.

"Gila gw ngebunuh orang!" Kayla mengusap kasar wajahnya.

Ia menggigit jarinya, sungguh ia tidak tenang sekarang. Matahari juga sudah terbenam, dan suara hewan liar sudah mulai terdengar.

Kayla memutuskan untuk kembali ke tenda saat itu, ia berharap ini semua hanya mimpi, namun sayangnya semua ini adalah kenyataan yang menyakitkan.

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang