Setelah seminggu lebih Nida koma, hubungan Theo dan Kayla semakin tidak jelas. Theo bahkan sering bolos sekolah hanya untuk menemani Nida yang masih terpejam dengan infusan dan alat bantuan pernapasan.
Theo memang bad boy, tapi kali ini lebih parah. Ia menjadi sosok yang kasar. Untuk pertama kalinya Theo benar-benar hancur karena seorang wanita, dan untuk pertama kalinya ia merasa sangat bersalah. Theo mengakui jika waktu itu pernah menyakiti wanita ini, tetapi baru kali ini ia sangat merasakan rasa bersalah sekaligus sakit yang mendalam.
Theo memegang jemari Nida yang terbalut infus. "Kenapa sesakit ini ngeliat kamu kayak gini?"
"Dulu ke mana aja?" ucap seseorang yang ternyata sudah memperhatikan sedari tadi di ambang pintu.
Theo tidak memperdulikan ucapan Jack, ia masih setia menatap wajah pucat gadis di hadapannya.
Jack berjalan mendekat, ia duduk di sisi ranjang yang berbeda. "Andai dulu lo gak ngelakuin itu semua."
Theo tertawa sinis "Sekalipun gw gak ngelakuin, gw rasa Nida bakal tetap terluka."
"Kenapa?"
"Karena pada dasarnya orang baik kayak Nida punya seribu musuh yang bakal nyakitin dia."
"Lo salah satunya." sela Jack sambil melipat tangannya di dada.
Kini Theo mendadak menatap tajam ke arah Jack. "Gw gak pernah benci dia, sedikit pun."
"Tapi dia benci sama lo!"
"Benci kok tetep mau balik ke gw?" Theo mengeluarkan smirk andalannya, kali ini ia benar-benar ingin membuat Jack skakmat.
"Itu karena dia belum yakin sama perasaannya sendiri."
"Masa?"
Jack berdecak sebal. "Bener kata lo, kakak gw emang orang baik. Saking baiknya mau aja maafin dan terima lo kembali, padahal lo udah nyakitin dia sampai sebrengsek itu."
Saat Theo akan membalas ucapan dari Jack, Jack sudah melesat pergi dari sana. Dan Theo kembali menatap gadisnya itu. "Terkadang, harus egois buat kebahagiaan sendiri bukan?"
l i m e r e n c e
Kayla sedang melamun di meja kantin yang seharusnya ditempati empat orang, namun ia sendirian sekarang. Beberapa temannya menjauh darinya, mereka masih menuduh bahwa Kayla adalah tersangka. Polisi sudah memanggil Kayla untuk memberikan saksi, dan sampai saat ini surat keterangan dari semua peristiwa minggu lalu belum keluar.
"Kay!" Jeffry membuat Kayla terkejut.
"Eh, ya ampun Jae gw sampe kaget." jawab Kayla sambil mengusap dadanya.
Jeffry duduk di hadapan Kayla. "Jangan sedih lagi, gw yakin lo gak salah."
Kayla tersenyum miris. "Bukan itu yang gw sedihin."
"Theo?" tanya Jeffry hati-hati.
Kayla menggeleng. "Sedikit. Tapi bukan itu penyebab kesedihan utama gw."
"Terus? Apa? Siapa?"
"Gw takut kak Nida gak bisa bangun dari komanya.. "
"Bukannya bagus ya? Jadinya Theo balik lagi ke lo." itu perkataan yang dilontarkan dari mulut Bunga yang tiba-tiba datang.
Kayla menatap Bunga dengan tatapan tajamnya. "Gak boleh gitu."
Bunga duduk di samping Kayla, dan ia menatap lekat kedua mata sahabatnya yang terlihat berkaca-kaca. "Lo harus egois Kay, dia udah rebut Theo dari lo!"
Kayla menggeleng. "Gw yang ngerebut Theo dari dia, karena dari awal Theo emang gak bisa lupain kak Nida."
"Terus selama hampir setahun ini apa artinya njir?" suara Bunga naik satu oktaf.
Kayla lagi-lagi tersenyum miris. "Gapapa, asal gw gak nyakitin orang lain"
Bersambung,
Limerence.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE (revisi)
Fanfiction"Terimakasih teruntuk perjalanan kisah cinta yang diluar akal." Ansen Theo Edison (Kim Taehyung), laki-laki berparas tampan yang mempunyai harta melimpah. Semua keinginannya harus terpenuhi, apa pun caranya, ia harus dapatkan. Termasuk cinta dari du...