53

598 59 26
                                    

Jeffry mengendarai mobil seperti orang tidak waras, tergesa-gesa dan hampir menabrak pohon. Ia sedang panik dan khawatir sekarang, ia mendapatkan kabar bahwa gadis yang ia sudah cintai sejak lama mengalami kecelakaan. Selagi menyetir, ia tidak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Kayla. Sesampainya di rumah sakit, ia segera memasuki ruang UGD yang sudah dipenuhi tangisan-tangisan haru dari kakak kelasnya.

"Kenapa nangis semua? Kayla mana?" ucapnya sembari berjalan perlahan menuju ke arah Theo.

Theo menatap Jeffry dengan sendu, ia masih memeluk gadisnya itu. Jeffry mengalihkan pandangannya ke arah kasur yang ditempati Nida, infus dan alat bantuan pernapasan masih dipasang.

Lalu ia kembali menoleh ke arah Theo. "Kayla? Kayla kenapa?"

Theo tidak menjawabnya, ia beralih menatap yang lain seolah meminta jawaban yang pasti.

"Kayla meninggal." ucap Niko dengan sendu.

Jeffry menggeleng, ia tidak bisa menerima kenyataan pahit ini. Baru saja ia mengetahui bahwa Kayla diculik, dan sekarang ia harus menerima kenyataan bahwa wanita yang dicintainya sudah tiada?

"Boleh gw izin meluk Kayla? Sekali aja, boleh?"

Theo menyeka air matanya yang hampir tumpah kembali, ia mengangguk mengiyakan. Jeffry segera membawa Kayla ke dalam pelukannya, ia mengusap lembut rambut Kayla berkali. Jeffry menangis dalam diam, tidak ada isakan.

"Gw sayang sama lo Kay, sejak pertama kali gw kenal lo." bisik Jeffry pada Kayla.

Apa ini sudah terlambat untuk mengakuinya?

Biarlah, ia hanya ingin mengungkapkannya.

Hening..

Sampai akhirnya..

"Kay?" Jeffry merasakan ada pergerakan dari Kayla.

Selang beberapadetik, tubuh Kayla mendadak kejang-kejang. Semuanya merasa panik, dan Nikoberlari memanggil dokter. Semuanya diharuskan untuk menunggu di luar, tapi anehnya tangan Kayla menggenggam erat lengan Jeffry seolah tidak ingin ditinggalkan olehnya. Beberapa menit setelahnya, Jeffry ke luar dari ruangan itu, semua menatap cemas ke arahnya.

"Jadi gimana?" tanya Niko.

Jeffry tersenyum. "Kayla mati suri."

Semuanya terkejut, bahkan Lavi dan Jaish sampai menutup mulut mereka saking tidak percayanya.

"Tapi." mendadak Jeffry melunturkan senyumnya. "Kayla kekurangan banyak darah, dia butuh pendonor."

Theo langsung bangkit dari kursinya. "Biar gw aja yang donorin darah."

"Gak usah! Biar gw aja." kata Niko.

"Permisi, pasien butuh donor darah AB. Apa di sini ada yang memiliki golongan darah yang sama dengan pasien?" tanya suster yang tiba-tiba keluar dari ruangan.

Theo bernapas pasrah. "Darah saya O."

Niko ikut-ikutanpasrah. "Saya A."

"Saya aja sus, saya AB" ucap Jeffry semangat.

"Baik ikut saya."

Jeffry dan sang suster pergi untuk mengurus segala macam keperluan untuk donor darah.

Theo mengepalkan lengannya kesal. "Sial."

l i m e r e n c e

Perlahan Nida mengerjapkan matanya, beberapa suster segera mengecek kondisi Nida.

Nida menatap ke arah samping kirinya, di sana ada Kayla yang terbaring lemas dan dibantu beberapa alat pernapasan yang sama sepertinya

.

"Kay, maaf."

Bersambung,
Limerence.

Siapa penumpang kapal KayJae?

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang