22

1K 57 6
                                    

Hari ini adalah hari yang membahagiakan untuk Kayla, karna hari ini ia akan kembali ke sekolah bersama Theo. Dulu setiap kali Kayla ingin berangkat sekolah sendiri, pasti Theo akan mengomel tiada henti.

Huhu, Kayla jadi merindukan semua itu.

Selama di perjalanan menuju sekolah, Kayla memeluk pinggang kekasihnya dengan erat sambil tersenyum manis. Kayla juga rindu aroma parfum Theo.

Theo fokus mengendarai motornya, sedangkan Kayla--

Ya ngebucin lah, apalagi.

"Theo, bohong jika aku tidak tulus kepadamu. Dusta jika aku tidak benar-benar mencintaimu. Munafik jika aku tidak terlanjur menyayangimu. Intinya, aku harap aku yang akan selalu berada di posisi ini." batin Kayla.

l i m e r e n c e

Sesampainya di parkiran, Kayla menunggu Theo melaksanakan salah satu kegiatan yang Kayla juga sukai, yaitu melepaskan helm yang Kayla pakai.

"Kamu ngapain masih di sini Kay?" tanya Theo bingung.

Kayla berdecak sebal, lalu ia menuntun tangan Theo untuk membuka helm yang masih ia kenakan.

"Ouh, bilang dong."

"Kamu lupa apa? Ini kan kebiasaan kamu dulu."

"Ya namanya juga manusia Kay, banyak lupanya."

"Alasan."

"Serius."

"Serius apanya? Orang kamu aja lupa kan ka--"

"Syut.. "

Theo segera membawa Kayla pergi dari sana, tak lupa ia juga menggenggam jemari Kayla.

Selama perjalanan menuju ke kelas, semua murid bersorak heboh.

"Piwit! Acieeee."

"Anjay gandengan gak tuh."

"Uhuuu jomblo menangis melihat ini."

"Lucunyaaa."

"Awww so sweet."

Percaya tidak percaya, yang heboh itu ya para jomblo.

"Sampe--" Theo memberikan tas Kayla yang ia pegang tadi.

"Makasih."

Theo mengusap pucuk kepala Kayla. "Belajar yang bener ya, sayang."

"Iya, kamu juga ya."

"Gak panggil aku sayang nih?"

"Mmmm."

Seingat Kayla ia tidak pernah mengatakan sayang kepada laki-laki kecuali papanya.

"Mana aku gak denger?"

"Mmmm."

"Serius aku gak denger." ledek Theo.

"Iya, saying." Kayla mengatakannya dengan suara yang amat pelan.

Theo yang mendengar itu walau dengan suara yang pelan hanya bisa tertawa.

"Lucu banget sih." Theo mencubit gemas pipi Kayla.

"Ya udah sana ke kelas!"

"Dih kok ngusir. Ya udah iya, nih aku balik ke kelas ya. Dadah~"

Kayla menatap punggung Theo yang mulai menjauh, ia lagi-lagi mengukirkan senyumnya.

"Ih gila nih gw lama-lama."

l i m e r e n c e

Theo tidak sengaja berpapasan dengan Nida yang kebetulan sedang piket. Nida hanya acuh dan kembali menyapu. Theo masih diam di tempat sambil memperhatikannya.

"Theo jan diliatin, risih anak orang!" teriak Jasson.

Theo tidak memperdulikan ucapan Jasson barusan, ia masih setia menatap gadis yang masih asik dengan kegiatan menyapunya.

"Da.. " panggil Theo pelan.

"Hmm?" Nida hanya berdehem dan tidak menatap Theo sama sekali.

"Sorry."

Nida memberhentikan aktivitasnya, kemudian ia memutar badannya dan beralih pada Theo.

"Gak di jawab nih?"

"Basi."

Nida meletakan sapunya di dekat Theo, lalu ia pergi meninggalkan kelas.

"Dosa gak si nyakitin anak orang?" batinnya.

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang