45

747 59 20
                                    

Theo baru saja sampai di bar, di sana tentu sudah ada Hizkia yang menunggunya. Theo segera memesan dua botol soju untuknya dan juga Hizkia.

"Baru nyampe langsung mesen aja lau."

"Lagi kacau gw."

"Heleh, lo mah kan kacau mulu tiap hari. Eh tapi, bukannya para wanita lo itu udah pada ketemu. Terus kenapa masih kacau?"

Theo meneguk minumannya, ia bersandar dan menatap langit-langit. "Gw bingung."

"Bingung? Bingung kenapa?"

"Gw gak bisa milih diantara mereka berdua."

"Katanya mau lo nikahin dua-duanya." ledek Hizkia.

"Tapi dipikir-pikir, gw jahat gak si?"

"Baru nanya lo sekarang? Kenapa gak dari dulu, njing!"

Theo berdecak sebal. "Ya udah jawab aja dulu."

Hizkia mulai menatap Theo dengan serius. "Lo sama Nida, beneran--"

Theo mengangguk sambil memejamkan matanya.

"Gila ya lo!"

"Gw khilaf, lagi pula gw dalam pengaruh alkohol saat itu."

"Heleh, kalo gak minum pun lu bakal tetep lakuin kan?"

Theo masih memejamkan matanya, entah lah dengan mengingat kejadian itu membuat Theo merasa semakin bersalah setiap harinya.

"Tapi kalo lo sama Kayla? Udah pernah juga?"

Saat nama Kayla disebut, Theo segera membuka matanya. "Bahkan gw gak pernah ambil first kiss dia."

"Lo beneran ngejaga Kayla banget ya?"

Theo menatap tajam ke arah Hizkia. "Jadi maksud lo, waktu gw sama Nida, gw gak jaga Nida gitu?"

"Ya gimana ya Theo, kenyataannya kan emang begitu."

"Andai saat itu gw gak lagi dalam pengaruh alkohol, gw gak akan pernah sentuh dia. Gw sayang Nida, gw ngejaga dia, gw ngehormatin dia."

"Terus sekarang masih sayang sama Nida?"

Theo mengangguk mantap.

"Kalo ke Kayla? Lo juga sayang?"

Lagi-lagi Theo mengangguk mantap.

"Gw bingung maungasih tanggapan apa ke lo. Tapi coba deh lo rasa-rasa lagi, siapa yang beneranlo cinta?"

Taehyung kembali meneguk minumannya. "Gw cinta dua-duanya."

"Masa gitu si Theo, pasti lo bisa milih salah satunya."

Theo menggeleng. "Gw mau dua-duanya."

Plak!

"Lunya aja yang rakus, kambing!"

"Gw beneran gak bisa milih."

"ITU NAMANYA LO EGOIS!" teriak Hizkia yang mulai emosi.

"Dih kok lo ngegas si? Kan lo yang buat Kayla pergi dari hidup gw waktu itu."

"Bukan gw Theo. Saat itu Kayla bisa aja balik lagi sama lo, tapi pas dia tau masa lalu lu sama Nida, ya dia pergi. Itu semua akibat ulah lu sendiri Theo!"

"Tapi gw sayang Kayla, gw juga sayang Nida." ucap Theo yang mulai terpengaruh alkohol.

"Akh bodo amat! Gw mau pulang, bye!"

Saat Hizkia pergi dari sana, Theo kembali meneguk minumannya sampai habis. Theo benar-benar sudah mabuk berat, ia mulai keluar dari bar dengan keadaan berantakan.

Selama ia berjalan, Theo tidak henti-hentinya mengucapkan. "Gw sayang Kayla, gw sayang Nida."

Sampai pada akhirnya ia bertemu dengan seseorang yang akhir-akhir ini juga masih ada di hati dan pikirannya.

"Nida? Hai sayang, aku kangen banget sama kamu."

Theo tiba-tiba memeluk Nida, Nida berontak namun Theo makin mempererat pelukannya. "Jangan ke mana-mana ya sayang, aku gak bisa tanpa kamu."

Boleh kah Nida menangis sekarang?

Mengapa ia jadi ikut-ikutan lemah seperti Kayla?

"Theo.." ucap Nida dengan hati-hati.

"Iya sayang?"

"Gw benci liat lo mabuk kayak sekarang, itu cuma bikin gw inget akan kejadian waktu itu."

"Cup cup cup, sayangnya Theo gak boleh nangis."

"Bahkan kalo lo udah bisa milih diantara gw atau Kayla, bakal tetep berat buat gw nerima atau pun ngerelain lo Theo."

"Theo sayang Nida kok. Theo juga sayang Kayla."

Hati Nida terasa sangat sakit, tidak tahu mengapa setiap kali mendengar Theo bilang sayang kepada Kayla membuat hatinya tambah hancur.

"Lo jahat Theo. Lo brengsek!"

Theo mengusap-usap bahu Nida. "Tapi kan aku udah ada di sini sekarang."

"Tapi nanti lo bakal ke Kayla."

Theo menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gak sayang. Udah jangan nangis."

"Bahkan gw masih aja bego Theo, gw ngomong masalah ini disaat lo lagi mabuk."

"Da--"

"Kak Samuel?"

Nida segera mendorong Theo. Ia terkejut melihat Samuel datang tiba-tiba. Theo yang akan memeluk Nida kembali langsung didorong oleh Samuel.

"Jauhin Nida!"

Theo tersenyum sinis. "Nida punya gw!"

"Semuanya aja lo bilang punya lo. Kayla punya lo lah, Nida punya lo lah. Ngotak bego! Lo cuma bikin mereka berdua sakit untuk kesekian kalinya."

"Tapi gw sayang dua-duanya."

"Bangsat!"

"Gw gak mau lepas salah satu atau pun dua-duanya."

"Serah deh! Ngomong sama lo juga percuma, dasar brengsek!"

Samuel menarik Nida untuk menjauh dari sana. Apapun yang terjadi nanti, Samuel hanya ingin Nida baik-baik saja. Samuel sayang sama Nida, Nida juga tahu itu. Walaupun ia mengetahui Nida belum bisa mencintainya, tetapi dengan Nida yang masih bisa berada di sisinya, itu sudah lebih dari cukup. Samuel menarik lengan Nida agar memeluk pinggangnya, dan Nida menerima itu. Nida kembali menangis walau tanpa isakan, Samuel bisa melihatnya dari kaca spion, dan ia akan membiarkan Nida untuk menumpahkan rasa sakitnya dulu.

'Gw berterima kasih kepada Tuhan karena sudah mengirim lo ke dunia ini. Gw tau lo gak ada rasa apapun ke gw, gw gak perduliin itu untuk saat ini. Da, gw sayang sama lo.'

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang