52

651 61 54
                                    

Semua berlarian di koridor rumah sakit. Panik, takut, khawatir, semuanya menjadi satu. Beberapa dari mereka juga ada yang menangis sendu, terlalu terkejut dengan berita tidak mengenakan ini. Sesampainya mereka di sana, sudah ada Theo dan beberapa ajudannya yang berdiri di depan ruang UGD.

"THEO BANGSAT!"

Bugh!

Samuel memukul wajah Theo dengan keras, tidak peduli tarikan ajudannya Theo untuk menjauhkannya.

"GILA LO THEO! LO NYAKITIN MEREKA LAGI!"

Theo mengusap kasar pipinya yang mulai membiru, ia menatap Samuel dengan tatapan dinginnya. "Mereka kecelakaan bukan karena gw. Salah mereka sendiri coba kabur dari gw."

"Jelas mereka kabur! Gak betah lama-lama sama cowok jadi-jadian kayak lo!" bentak Niko.

"Cemburu kan lo kalo Kaylanya gw ambil." ledek Theo.

"Iya! Kenapa emang? Mending Kayla langsung gw nikahin aja kalo gitu, daripada dia sama lo, yang ada sakit mulu."

Theo tertawa mengejek. "Ambil aja, itu pun kalo lo bisa."

"Emang anjing lo ya." beberapa ajudan mulai menarik Niko untuk menjauh dari bos mereka.

"Jadi yang kecelakaan tuh siapa si?" tanya Jay khawatir.

"Dua-duanya." jawab Theo dengan tatapan hampanya.

"LO EMANG MASIH KEK ANJING YA!"

Jack menarik kerah Theo, ia menatap Theo seolah-olah ia sedang menatap iblis di hadapannya.

"Harusnya lo dateng tadi adik iparku tersayang, gw sama kakak lo udah nikah." bohong Theo.

Semua yang berada di sana terkejut, terlebih Samuel.

"Tadi kakak lo cantik banget Jack, lo harusnya datang."

Bugh!

"Berhenti bicara omong kosong!"

Theo masih tersenyum sambil menatap Jack, ia menyentuh bibirnya sendiri lalu tertawa. "Masih sama rasanya."

"ANJING!"

Bugh!

Bukan Jack yang kembali melayangkan pukulannya, namun Samuel yang sudah diselimuti rasa emosi.

"Lo belum tau kan rasanya? Rasanya tuh manis, lama-lama jadi candu."

"BACOT!"

"Eh harusnya gw gak usah jabarin rasanya ya, lo juga gak akan pernah bisa rasain kan."

Saat Samuel akan melayangkan pukulannya kembali, seorang dokter keluar dari ruangan UGD dan menatap cemas ke arah mereka semua.

Niko menghampiri sang dokter. "Jadi gimana dok keadaan mereka?"

"Masih ada harapan, tapi untuk yang satunya lagi--"

"Satunya lagi? Maksudnya apaan dok?!" ucap Niko dengan geram.

Sang dokter menghembuskannya napasnya dengan kasar. "Tidak bisa diselamatkan. Maaf, saya permisi."

Semuanya diam tak percaya.

Jack jatuh dan menangis sejadi-jadinya. "Tolong lindungi kak Nida ya Tuhan, Kookie belum siap kehilangan kakak."

Niko menarik rambutnya frustasi. "Jangan dia yang pergi." ucapnya sendu.

Tiba-tiba Theo mendobrak pintu dan masuk ke dalam ruangan itu sambil menahan air mata dan juga emosinya.

"Kayla! Nida!"

Di sana ada dua wanitanya yang sama-sama terbaring lemah di ranjang. Namun yang satunya sudah mulai ditutupi kain putih oleh beberapa suster.

"KAYLA!"

Theo berlari dan langsung memeluk Kayla dengan erat, ia menangis sambil mengusap rambut gadisnya itu. "Jangan tinggalin aku Kay. Aku mohon, jangan."

Anak Bangtan dan yang lainnya mulai mamasuki ruangan dengan tergesa-gesa.

"Kayla?" Niko berjalan perlahan sambil berusaha menahan tangisnya.

"Hikss, calon pacar gw." ucap Lavi dengan sendu.

"Bangun Kay! Aku gak mau ditinggal sama kamu. Ayo bangun! Bangun Kayla! Jangan tinggalin aku. Aku sayang kamu. Maafin aku Kay, tolong bangun. Jangan tinggalin aku, aku gak mau ditinggal sama kamu. Aku sayang kamu, aku cinta kamu, Kayla Nazareth. Bangun Kayla!"

Perlahan Theo mengecup setiap inchi wajah gadisnya, terakhir ia mencium bibir Kayla dengan durasi yang lumayan lama.

"Aku sayang kamu."

Beberapa menit yang lalu...

"KAK NIDA AWAS!!"

Kayla berlari dan berusaha mendorong Nida dari sana. Namun sayang, mobil sedan itu terlalu cepat sampai-sampai menghantam tubuh keduanya hingga terlempar jauh. Kayla langsung tidak sadarkan diri dengan darah yang sudah mengalir dari beberapa bagian tubuhnya. Nida yang masih bisa sadar, berusaha untuk menghampiri Kayla walaupun ia harus menyeret kakinya yang tidak terasa sama sekali.

"Kay."

Setelah sampai, Nida segera membawa Kayla ke dalam dekapannya.

"Bangun, Kay."

Nida mengedarkan pandangannya, berharap ada warga yang melihat mereka.

"Tolong... " Nida mencoba untuk teriak, namun suaranya hampir tidak terdengar.

"Tolong... " ucapnya sekali lagi.

"Tolong... "

Dan setelahnya Nidajuga kehilangan kesadarannya.

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang