43

703 59 14
                                    

Apa kalian akan merasa kesal ketika diganggu mantan setiap saat?

Baru sampai gerbang sudah diganggu, ke perpustakaan diganggu, bahkan mau ke toilet saja harus diganggu.

Eh sebenarnya Kayla sama Theo udah putus belum sih?

Tidak hanya Kayla saja yang diganggu Theo, Nida juga diganggu terus, pokoknya seimbang. Parahnya lagi, Kayla dan Nida tinggal satu atap, satu jurusan, satu kelas, apa-apa selalu berdua. Tentu hal tersebut membuat Theo lebih mudah untuk mengganggu para wanitanya. Bahkan sekarang, Kayla sudah khawatir karena harus melewati koridor yang lumayan sepi.

"Duh kak Nida segala ke ruang dosen lagi, mana sepi banget di sini."

Kayla membaca doa di dalam hatinya, berharap tidak bertemu pengganggu yang dari kemarin ingin sekali Kayla jauhin.

"Hai sayang, mau ke mana?"

Theo ternyata sudah menunggu Kayla sedari tadi. Dia sedang bersandar sambil melipat tangannya di dada, mana tatapannya tajem banget. Kayla tidak ingin berhenti, dia bodo amatin mengacuhkan si manusia brengsek.

"Hei, kok aku dicuekin."

Kayla masih tidak peduli, ia mau jauh-jauh dari Theo. Theo menarik kupluk hoodienya Kayla, Kayla langsung kehilangan keseimbangannya dan hampir terjatuh. Kayla menatap tajam ke arah Theo yang masih bisa tersenyum tanpa dosa di hadapannya.

Theo mendekatkan dirinya ke leher Kayla, deruan napas beratnya terasa di kulit leher gadis cantik tersebut. "Aku gak suka dicuekin sama kamu." bisik Theo.

Jarak tubuh mereka sangat dekat, tetapi Kayla masih diam karena ia merasa takut. Theo meletakan dagunya di atas bahu Kayla, setelahnya tangannya memeluk pinggang Kayla.

"Jangan pergi lagi ya, aku butuh kamu, aku cinta kamu Kayla."

Kalimat barusan mampu membuat air mata Kayla kembali menetes.

Kenapa dia masih ada rasa sayang kepada Theo?

Kenapa dia masih selemah ini?

"Kay.."

Suara panggilan barusan berhasil membuat Theo melepaskan pelukannya terhadap Kayla. Kayla langsung gelabakan, dia takut akan ada kesalah pahaman.

"Hai cantik, apa kabar?"

Sekarang Theo mendekatkan dirinya ke Nida. Sedangkan Nida menatap Theo dengan tatapan tidak sukanya.

Boleh kah ia menamparnya sekarang?

Tapi mengapa semua itu terasa sulit?

Theo memajukan wajahnya, ia memiringkan kepalanya dan mulai mengikis jarak diantara mereka. Nida yang takut akan terjadi hal yang tidak dia inginkan segera mendorong Theo untuk menjauh darinya.

"Kok didorong? Sini aku cium dulu sini, udah lama 'kan?"

Plak!

Nida menampar Theo dengan keras. Kayla terkejut dengan tindakan Nida barusan, ia segera menutup mulutnya tidak percaya.

Theo tertawa sinis lalu ia menatap Nida dengan tajam. "Udah berani kasar ya ke aku sekarang? Diajarin siapa si? Samuel? Yuda? Apa Jay?"

Theo kembali mendekatkan dirinya ke Nida, namun Nida kembali menghindar. "Luka di wajah lo aja belum sembuh Theo, mau ditambah lagi? Kalo mau gw panggilin anak Bangtan."

"Kamu mulai kasar gini ke aku ajaran siapa sih, Da?"

"Bukan ajaran siapa-siapa Theo, tapi sikap lo yang mengharuskan gw untuk bersikap kayak gini."

Nida segera membawa Kayla pergi dari sana, bisa bahaya jika terlalu lama bersama iblis berwujud manusia tampan seperti Theo. Theo menendang tong sampah yang ada di sampingnya, lalu ia memukul tembok dengan sangat kerasnya, itu membuat jari-jarinya mulai mengeluarkan darah.

"Kenapa gw bisa segila ini sih buat milikin mereka berdua?"

"Anak Bantan juga pada kek anjing!"

Waktu itu..

Bugh.

"GW KAN UDAH BILANG JAUHIN KAYLA SAMA NIDA!"

Theo mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah, lalu ia tertawa sinis. "Urusannya apa sama lo?!"

Niko ikut-ikutan tertawa sinis. "Mereka berdua temen gw, gw gak ikhlas kalo ada yang nyakitin mereka berdua lagi."

"Temen? Bukannya lo suka ya sama Kayla"

"Gak usah sok tau!"

"Kalo ternyata bener? Haha, gak usah muna deh lo"

"Yang gak usah muna itu lo anjing!"

"Weiii pak ketua kok ngomongnya kasar banget."

"Biarin! Kasar sama lu ini, emangnya elu, kasar ke cewek."

"Bacot!"

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Dan terjadilah adegan pukul-pukulan antara Theo dan juga Niko. Anak Bangtan tidak ada niatan untuk misahin mereka, begitu pula dengan Samuel. Tapi kakak-kakak mahasiswa yang baru saja datang berusaha untuk memisahkan mereka.

Untung pada punya uang, coba kalo enggak?

Auto di drop out!

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang