31

815 69 20
                                    

Sehabis hujan-hujanan dibumbui dengan dramanya bersama Theo, membuat suhu tubuhnya meningkat dan mengharuskan Kayla untuk periksa ke dokter. Setelah selesai meminum obat, ia lebih memilih untuk duduk di balkon kamarnya, melihat motor serta mobil lalu lalang di bawah sana.

Andai ia tidak sakit pun, Kayla memang tidak ingin bersekolah hari ini. Alasannya hanya ingin menghindar dari Theo. Omong-omong soal Theo, doi sudah mengirim ribuan pesan ke Kayla, Theo juga tidak hentinya menelepon Kayla yang tak kunjung mengangkat panggilannya.

Apa ini sebuah karma?

Tapi Kayla sedikit merasa kecewa. Kemarin saat Kayla mengatakan putus dan pergi dari hadapan Theo, ia berharap akan dikejar kembali, dipinta untuk kembali. Namun nyatanya....

Tok tok.

"Kay. Mama masuk, ya."

Ceklek.

Kayla yang mendengar suara mamanya segera menghapus air matanya. Ia kembali ke dalam kamarnya dan ternyata mamanya tidak sendiri, Theo ada di belakang tubuh mamanya, lelaki itu menunduk takut di sana, masih dengan seragam lengkapnya.

"Mama keluar dulu ya, beresin urusan kalian biar cepet kelar, inget! Udah pada gede, selesaiin dengan kepala dingin."

Setelahnya, beliau keluar dari kamar menyisakan Kayla dan Theo. Banyak waktu yang terbuang percuma, alasannya karena di antara mereka tidak ada yang memulai percakapan sama sekali.

Percaya tidak?

Banyak manusia yang sebenarnya sudah dewasa namun kelakuannya masih sama seperti mereka.

Alasannya?

Ya gengsi.

"Kay."

Suara lembut ini, suara yang akhir-akhir ini ia rindukan.

"Aku minta maaf." Theo mulai menatap Kayla dengan hati-hati. "Aku minta maaf atas semuanya Kay."

Theo menjatuhkan dirinya, ia terduduk lemas di lantai. Ia sungguh pasrah. "Aku minta maaf atas ucapan papa mamaku, aku minta maaf atas kesalahpahaman yang sudah terjadi karena aku, aku minta maaf karena masih berharap sama mantan aku, aku minta maaf dan aku sangat-sangat minta maaf Kay, maaf aku udah nyakitin kamu."

Demi Tuhan Kayla tidak kuat sekarang. Ia tidak tega, hatinya hancur, perasaannya campur aduk. Rasa bersalah mulai menghantui perasaan Kayla. Ia bertanya-tanya dalam hatinya. "Apa ini salahnya?"

"Aku minta maaf Kay."

Ruangan ini hanya diisi oleh tangisan kekecewaan dan penyesalan dari kedua sejoli tersebut.

"Bangun Theo!"

"Theo bangun!"

"Theo Edison!"

Theo mulai bangkit, ia masih memancarkan aura penyesalan. Dia menatap Kayla dengan sangat lekat, lalu membawa gadisnya ke dalam dekapan kerinduan.

"Ayo perbaiki semuanya, ayo berjuang lagi."

"Aku takut sakit lagi."

"Mungkin ini terkesan brengsek dan gak tau diri Kay, tapi aku mohon kasih aku kesempatan untuk perbaiki ini semua ya."

Kayla tidak menjawabnya, ia malah mengeratkan dekapan hangat yang Theo berikan. Ia ingin menumpahkan rasa sakitnya dulu. Membahas masalah ini hanya membuatnya merasa semakin bersalah setiap detiknya.

"Aku mohon." Theo mengelus bahu Kayla. "Ayo kita perbaiki! Aku mau kita kayak dulu lagi. Bucin berduaan tiap waktu, ngelakuin hal-hal aneh berdua sampe gak kenal tempat, ayo Kay! Aku kangen!"

"Bantu aku perbaiki semuanya Kay. Tolong, aku masih sayang sama kamu Kayla Nazareth."

Kayla mengangguk, "Aku juga sayang kamu Theo."


Bersambung,
Limerence.

Gimana perasaan kalian kalo ada di posisi Kayla?

Apa kalian bakal sama responnya kayak yang Kayla lakuin barusan?

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang