70

533 53 14
                                    

Kayla sedang menemani Nida ke mall, hari ini Nida akan mengambil pesanan cincinnya.

Sedangkan Samuel harus ke luar kota untuk cek gedung segala macam, karena memang pernikahan akan diselenggarakan di luar kota, dan Theo ikut menemani Samuel.

Nara?

Ikut sama Theo :v

Setelah selesai mengambil pesanan cincin, mereka memilih untuk makan sebentar di restoran terdekat. Baru saja mereka akan menikmati makanannya, tiba-tiba ada orang yang tak mereka undang duduk begitu saja di dekat mereka.

"Hai, apa kabar?"

"Hizkia?"

Hizkia tersenyum. "Kayaknya udah ada yang sembuh nih. Eh lagi akur juga ya kalian?"

Kayla hanya menatap malas ke arah Hizkia, selera makannya hilang begitu saja.

"Da, gw denger-denger lo mau nikah sama Samuel ya? Kenapa tiba-tiba berhenti berjuang buat Theo? Ya gw tau si Samuel emang ganteng, tapi kan Theo jauh lebih ganteng. Lagi pula, bukannya Samuel itu cuma seorang jendral ya? Kaya si, tapi masih lebih kaya Theo kan? CEO muda, perusahan di mana-mana."

Nida hanya diam, dia tidak ingin menghabiskan tenaganya untuk orang tidak waras seperti Hizkia.

"Upss, kan sekarang Kayla udah balik ya. Jadi Theo lupa sama lo, haha." ucapnya sembari tertawa sarkas.

"Lo juga kay." sekarang Hizkia beralih menatap Kayla. "Masa mau si sama Theo? Secara kan sahabat lo sendiri, hamil anaknya. Eh udah lahir ya si Nara, aduh gw lupa. Lagian ya Kay, harusnya yang nikah sama Theo itu Bunga, bukan lo. Iya gw akuin Bunga emang jahat, tapi lo jauh lebih jahat Kay. Coba deh lo pikir, Bunga itu ngandung anaknya Theo, ngelahirin, itu semua ngorbanin nyawa loh Kay. Jadi yang berhak nikah sama Theo itu Bunga, bukan lo."

"Terus? Udah bacotnya? Lanjutin aja, gw dengerin, kalo perlu sampe beduk subuh." jawab Kayla dengan nada yang sangat santainya.

"Atau jangan-jangan, lo udah dipake juga ya sama Theo?"

Brak!

Kayla memukul meja dengan sangat keras, itu membuat mereka menjadi pusat perhatian.

"Waw bisa marah juga ternyata."

Kini giliran Kayla yang melayangkan tatapan mautnya. "Diem atau gw seret lo dari sini."

"Aww takut banget, haha."

Kayla tertawa sinis. "Lo salah jawab. Okay, let's see."

Kayla berdiri lalu menarik Hizkia sampai jatuh dari kursinya. Nida terkejut, ia berusaha untuk mencegah Kayla agar tidak bertindak lebih jauh.

"Kay udah Kay, gak enak diliatin orang-orang."

"Gila aja gw diemin titisan dajjal kek dia." tunjuknya pada Hizkia.

"Ya udah kita pergi aja ya, gak usah ladenin dia."

"Pengennya si gitu kak, tapi mulutnya setan banget aslian."

Hizkia bangkit. "Wah bisa kasar juga ternyata."

Kayla kembali menatap Hizkia, andai saja hanya dengan tatapan bisa melukai orang, dapat dipastikan Hizkia sudah sekarat sekarang.

"Ya maklum lah ya, kan cewek barbar, mainnya ya kasar."

Kayla berjalan mendekat ke arah Hizkia, dan ia meludahi Hizkia tepat terkena wajahnya. "Shut up!"

Hizkia terbelalak kaget, ia tak menyangka atas apa yang Kayla lakukan kepadanya.

Kayla segera mengambil tasnya. "Yuk kak pergi, gak baik kelamaan di sini, ntar kita ketularan begonya."

Kayla menarik lengan Nida dan menjauh dari manusia nyebelin setengah mati itu.

"KAYLA SIALAN!"

l i m e r e n c e

Theo tidak bisa diamsedari tadi, ada rasa cemas yang ia rasakan. Nara juga dari tadi sudah mengajakngobrol daddynya, tapi tak kunjung ditanggapi olehnya.

"Daddy, Nala mau bobo!"

"Daddy!"

Nara mengguncang-guncang tubuh Theo. "Daddy! Nala ngantuk!"

Samuel yang baru saja keluar dari gedung berhenti saat melihat Theo dan Nara duduk di bangku yang disediakan di dekat parkiran. Tadi Samuel pikir Theo dan juga Nara sedang keliling gedung, namun ternyata mereka di sini.

"Theo."

Theo tidak menjawab sama sekali.

"Daddy! Itu om Muelnya manggil."

"Theo."

Masih belum ada sahutan darinya, akhirnya Samuel menepuk bahu Theo dengan kencang.

"Aww!" ringisnya sembari mengusap bahu yang kayaknya sudah memerah.

"Ngelamun aja lo! Itu juga si Nara manggilin lo dari tadi."

"Hah? Ah iya iya."

"Lo kenapa? Ada masalah?"

Theo menggeleng. "Gak ada."

"Lo bohong kan?"

"Enggak kok. Oh ya tadi Nara mau apa?" Theo beralih menatap anaknya.

Nara menguap ngantuk. "Mau bobo. Daddy gendong Nala dong."

Theo segera menggendong anaknya itu, hanya dalam hitungan detik Nara langsung terlelap di dalam dekapannya.

Tangan Samuel beralih mengusap rambut Nara. "Anak lo lucu, Theo."

"Iyalah, siapa dulu daddynya."

"Nye nye nye nye, serah deh."

"Ntar juga lo punya kan."

Samuel senyum-senyum bangsat. "Iya juga ya. Honeymoon yang bagus di mana Theo? Biar langsung gol."

"Bangsat nih mulutnya. Untung anak gw udah tidur."

"Udah gc jawab, di mana enaknya?"

Sekarang giliran Theo yang memasang muka-muka cem pedopil. "Di kasur."

"ASW THEO GW SERIUS!"

"Mmmm, daddy." Nara sedikit terusik saat Samuel tiba-tiba teriak.

"Syut syut, bobo lagi ya."

Theo kembali menatap Samuel yang sepertinya frustasi memikirkan tentang honeymoon-nya.

Padahal, nikah aja belum.

Suka ngadi-ngadi nih, mirip kek Theo.

🙏

"Setau gw Nida pengen banget ke Maldives, nah ke sana aja."

"Kok lo tau?"

"Iyalah gw gitu." ucapnya PD.

"Lo gak lagi berencana ngerebut Nida dari gw kan?"

Theo berdecak sebal. "Gak elah. Gw mau setia sama satu Wanita."

"Siapa?"

"Kayla Nazareth."

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang