37

707 61 11
                                    


Rasa sakit ini, derita ini, serta luka ini.

Apa bisa Kayla menukarnya saja?

Ini terlalu menyakitkan untuknya, dan ini terlalu melukainya. Lagi-lagi ia kembali tersakiti. Lagi-lagi ia harus menerima rasa luka ini.

Tapi mengapa?

Mengapa harus karena dia?

Apa karena semesta tahu bahwa hubungan Kayla dan Theo itu tidak akan pernah berjalan baik?

Semesta sepertinya juga setuju dengan perasaan Kayla hari ini. Kayla berjalan di malam hari dan ia tidak tahu harus ke mana ia akan melangkah, hujan juga turun dengan sangat derasnya. Namun ia sedikit bersyukur, setidaknya hujan akan menutupi air mata dan suara isakannya.

"Kenapa gw harus segitu cintanya sama dia?Bahkan semesta mendukung rasa sedih yang gw rasa saat ini. Dia bahkan gak ngejar gw, dia bahkan biarin gw untuk pergi? Sekeras apapun gw berusaha untuk ngerubah dia, hasilnya masih sama. Percuma."

Kayla memberhentikan langkahnya, ia menatap langit dan membiarkan air hujan membasahi pipinya.

"Tuhan, jika memang dia bukan yang terbaik untuk Kayla. Kayla rela, tapi tolong cukup ini yang terakhir."

Kayla terjatuh, ia menangis sejadi-jadinya.

"THEO GW BENCI SAMA LO!"

Tin!

"Kayla!"

l i m e r e n c e

Theo dihajar habis-habisan sama Niko. Luka yang ia dapat dari Jeffry belum pulih, dan ia harus kembali mendapatkannya. Bahkan rasa luka di sekujur tubuhnya tidak sebanding dengan luka yang Kayla dapatkan hari ini.

Fisikmu itu bisa sembuh Theo.

Tapi luka di hatinya Kayla, belum tentu.

Bahkan, mustahil.

"Akh, ampun." Theo meringis sambil memegang perutnya.

"Lo tuh brengsek Theo! Gw bilang juga apa, lepasin Kayla kalo emang lo cuma bisa beri luka!"

"Udah woy udah" Jay menghalangi Niko yang siap-siap akan menghajar Theo lagi.

"Gw juga sama kecewanya Theo, lo tuh brengsek!" setelahnya Saka pergi dari sana.

"Dengerin gw ya Theo, lepasin Kayla mulai hari ini! Kalo sampe gw liat lo masih berusaha deket sama Kayla, gw bunuh lo!"

Niko, Jay, dan juga Jasson pergi meninggalkan markas. Sekarang, hanya menyisakan Yuda dan Theo yang masih meringis kesakitan di sana.

"Theo, sejujurnya waktu pertama kali kenal Nida gw juga udah suka sama dia." ucap Yuda dengan suara yang pelan.

Theo mencoba menatap Yuda. "Maksud lo?"

"Tapi saat itu Nida cerita sama gw, dia juga suka sama lo, dia sesayang itu sama lo. Dan pas gw tau kalian jadian bahkan tunangan. Jujur itu sakit Theo, tapi perlahan gw bisa ikhlas. Tapi apa lo tau Theo?" sekarang giliran Yuda yang menatap Theo "Lo brengsek!"

"Maksud lo apa?"

"Lo lupa kejadian itu?"

"Kejadian apa?"

Yuda bangkit dari kursinya.

Bugh!

Yuda melayangkan pukulan keras ke pipi temanya ini.

"LO BRENGSEK ANJING! LO RENGGUT SEMUANYA DARI NIDA! LO BRENGSEK! LO MENJIJIKAN THEO EDISON!"

Theo perlahan mulai berusaha berdiri. "Maksud lo malam itu?"

Yuda mengangguk. "Lo ngerusak dia Theo! Lo! Iya lo Theo Edison!"

Theo sungguh terkejut mendengarnya, ia tidak menyangka. Saat itu Theo benar-benar pusing dan tidak ingat kejadian jelas di malam itu.

"Lo serius?"

"Lo pikir gw pembohong kayak lo?! Anak Bangtan tau perbuatan hina lo!"

"Itu alasannya kenapa Jack benci sama gw?"

"Iya! Dia benci karena lo udah rusak kakak tercintanya! Lo kemana habis ngancurin hidupnya Nida? Hah? Lo kabur? Iya? Brengsek!"

"Sumpah gw gak tau, gw pusing."

"Jelas! Abis berapa botol lo malam itu? Bangsat!"

"Gw beneran gak tau. Gw cuma ingat malam itu gw bangun di kamar yang gw gak tau itu kamar siapa, dan gak ada Nida saat itu."

"Jelas! Dia langsung pergi Theo! Dia benci sama lo! Benci! Dan seharusnya saat itu lo kejar dia bangsat! Lo harusnya minta maaf dan perbaiki semuanya, tapi apa? Nyatanya lo ilang gitu aja! Dan lo tau? Saat itu untungnya ada Hanbin, dia yang nolongin Nida dan bantuin Nida bangkit dari semua itu."

"Hanbin yang mukulin gw tiba-tiba?"

"Dia mukulin lo karena ada alasannya, makanya saat lo dipukulin, gw sama anak Bangtan biarin lo gitu aja. Karena apa? Karena lo pantes dapetin semua itu, bahkan seharusnya saat itu lo mati aja!"

"Sekarang Nida di mana?"

"Lo baru nanya sekarang Theo? Baru nanya?! Gw emang bodoh biarin Nida balik lagi sama lo waktu itu, tapi syukurnya kalian udahan dan sekarang lo tetep sama brengseknya! Lo lukain Kayla. Akh bodo amat intinya gw benci sama lo! Jauhin Nida dan Kayla, dan lo gw usir dari geng Bangtan! Dasar brengsek!"

Saat Theo akan mengejar Yuda, ia kembali terjatuh. Ia menangis..

Tapi, apa ini air mata penyesalan yang sebenarnya?

"Gw brengsek! Gwbego! Gw udah nyakitin dua wanita baik sekaligus. Gw emang layak mati."

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang