18

1.1K 59 3
                                    

Theo bolak-balik sedari tadi, dari teras lalu balik lagi ke kamarnya, entah ada apa tapi itu sudah dilakukannya berulang-ulang kali. Theo sudah siap dengan seragam sekolahnya, dia pun juga sudah sarapan, tasnya juga ia bawa, dompet dan kunci motor juga sudah ia pegang. Tetapi, masih ada yang mengganjal hatinya.

"Theo! Kamu tuh kenapa si bolak-balik terus dari tadi? Mama pusing liatnya!" untung saja ada mamanya yang menegurnya, jika tidak bisa-bisa Theo terus bolak-balik sampai maghrib tiba.

g.

"Kayak ada yang ketinggalan, tapi apa ya?" tanya Theo kebingungan.

"Loh gimana sih, kamu aja gak tau apalagi mamah." jawab Rena a.k.a mamanya Theo.

Theo mengetuk-ngetuk ujung handphone-nya, ia berpikir lagi, apa ya yang ketinggalan? Setelah lamanya Theo berpikir dan tak kunjung menemukan jawabannya, Rena segera mencubit lengan anaknya dengan gemas.

"Aww mah, kenapa nyubit si?" Theo mengusap-ngusap lengannya yang sepertinya mulai memerah.

"Mamah geregetan sama kamu! Oh ya, kabar Nida gimana?" tanya Rena mengalihkan pembicaraan.

Theo menepuk dahinya. "Ya ampun iya mah Nida!!"

Rena hanya mengerutkan dahinya tanda tak mengerti.

"Nida mah!!!" ucap Theo semakin heboh.

"Ya kenapa ih?!"

"Nida kan udah balik dari rumah sakit, dan Nida kembali sekolah lagi mulai hari ini."

"Bagus dong. Terus kamu kenapa keliatan heboh gitu?"

"Aku tau apa yang ketinggalan ma. Udah ya Theo ambil dulu barangnya diatas, dah ma. Theo pamit."

Rena hanya menatap bingung pundak anak satu-satunya yang kini mulai menjauh.

"Ada-ada aja anak muda zaman now!"

l i m e r e n c e

Setelah Nida turun dari mobil dan berjalan di koridor, semua teman-temannya menghampirinya lalu menanyakan kabar Nida secara exited, sampai-sampai Nida dibuat kelelahan akibat banyaknya pertanyaan.

"Nida!!!" teriak Wina, Kiki, dan Salsa. Mereka berlari menghampiri Nida, dan mengusir murid-murid lain.

"Kalian tuh pagi-pagi udah berisik aja, segala diusir juga lagi yang lain." ucap Nida kesal.

"Daripada lo mati kecapean karena harus nanggepin pertanyaan gak guna dari mereka!" kata Wina.

"Lagian juga lo masuk sekolah lagi kok gak bilang-bilang kita? Kan kita bisa jemput lo tadi." tanya Kiki.

"Ya maaf, niatnya gw mau kasih kalian kejutan, hehe." jawab Nida diakhiri dengan tawa kudanya itu.

"Nida!!!" ini lagi teriak-teriak.

"Woy! Wagelaseh my best friend udah sembuh." ucap Jasson dengan semangat.

"Apa kabar lau?" tanya Niko.

"Baik kok"

"Btw makin cakep aja nih" gombal Jay.

Please deh Jay, ini masih pagi. Nida hanya bisa menanggapinya dengan senyuman.

Kalo nggak ya, bisa panjang ceritanya.

"Udah enakan?" tanya Yuda dengan nada lembut.

Nida mengangguk. "Udah kok."

Secara tiba-tiba Yuda mengusap pipi Nida, lalu ia tersenyum. "Makin gemesin aja nih pas udah sembuh."

"YE KAMPANK SA AE LU!" teriak Saka.

"Jangan sentuh punya gw!" Theo menarik paksa lengan Yuda.

Yuda tertawa sinis. "Iya deh iya yang punya lu mah. Udah ya semua gw ke kantin dulu."

Yuda melesat begitu saja. Jasson yang katanya lapar juga ikutan menyusul Yuda. Dan member Bangtan lainnya memilih untuk kembali ke kelas mereka. Sedangkan Theo menatap Nida dengan tatapan intensnya, lalu ia membuang napasnya pelan.

"Nih!" Theo memberikan setangkai bunga mawar putih.

Nida segera menerimanya, dan saat ia ingin mengucapkan terima kasih Theo langsung memutuskan ucapannya.

"Aku mau ngomong sama kamu--" Theo memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. "aku gak suka punya aku disentuh orang lain, kamu harus bisa jaga diri. Kalo enggak.. Jangan salahin aku yang bakal berubah jadi Theo yang dulu kamu benci."

Dan setelahnya, Theo pergi begitu saja meninggalkan Nida yang masih terdiam dengan bunga di tangannya.

"Ga usah dengerin Da! Ada kita-kita yang bakal ngelindungin lo, termasuk dari cowok gak waras itu!" ucap Salsa dengan emosi yang menggebu-gebu.

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang