32

813 60 11
                                    

Seminggu setelah kejadian drama dan maaf-maafan yang menguras emosi, semuanya berjalan seperti semula. Theo semakin lama juga semakin tidak bisa lepas dari Kayla. Kayla juga samanya, semakin bucin.

Kalo ditanya apa Kayla sayang sama Theo?

Jawabanya ya lihat saja..

Buktinya mau dibrengsekin kayak apa juga tetap memaafkan seorang Theo Edison. Tapi tidak bisa dipungkiri juga, Theo semakin kesini juga semakin posesif. Banyak cowok yang ingin mendekati Kayla, namun Theo langsung berubah menjadi benteng yang siap siaga menjaga Kayla dari siapapun itu.

Gak ikhlas banget kalo sampe Kayla diambil orang, tapi dia sendiri suka nyakitin.

Memang kadang laki-laki brengsek seperti itu. Sudah brengsek, egois, posesif, haha untung ganteng.

Ralat--

Untung sayang.

Kebanyakan manusia yang kalo sudah sayangnya kebangetan sampai ke DNA, membuat lupa bagaimana caranya untuk cinta sama diri sendiri.

Ntar giliran udah disakitin, nangis-nangis. Siklus perbucinan para manusia emang.

"Kay sinian ih duduknya."

Nah kan jadi pusat perhatian satu kantin.

Theo sedang makan bersama Kayla, tapi ia selalu memaksa Kayla untuk duduk di sampingnya saja. Sudah mana duduknya harus dekat sedekat-dekatnya dengan Theo.

Ck!

"Makannya jangan cantik kayak gitu napa, Kay."

"Kamu kenapa si, aku makan aja salah."

"Cantik banget kamu kalo lagi makan, heran aku mah."

Kayla memutar bola matanya malas, menurutnya Theo terlalu berlebihan.

"Aku tuh pusing Kay."

Kayla menatap Theo dengan tatapan khawatir. "Kamu sakit?"

Kayla meletakan punggung tangannya di dahi kekasihnya, ia ingin memastikan suhu tubuh Theo normal atau tidak.

"Natap kamu dari jarak sedekat ini bikin aku sadar akan satu hal Kay."

"Apa?"

"Bidadari itu ada nyatanya."

"Ntar ada kak Nida juga bilang bidadarinya itu kak Nida."

Theo mengangguk. "Iya dia juga cantik, munafik kalo aku gak muji kecantikan dia setiap waktu."

Astaga.

Theo! Mulutmu minta ditampol satu kelurahan.

Kayla menatap Theo dengan sinis, yang ditatap hanya bisa senyum-senyum tidak jelas.

"Secantik apapun dia, di hati aku tetep kamu yang mendominasi."

"Cuma mendominasi? Bukan aku satu-satunya gitu? Ck! Udah lah--"

Kayla baru saja akan beranjak pergi, Theo langsung menarik Kayla ke dalam pelukannya.

"Aduh, bidadarinya aku makin ngegemesin ya kalo lagi ngambek. Aku bercanda sayang."

Jujur, Kayla memang suka jika Theo memeluknya seperti ini. Tapi masalahnya, ini masih di kantin sekolah.

Reaksi murid-murid lainnya?

Pada istigfar.

Gak kuat para jomblo liat adegan ilegal kayak gitu.

"ASTAGFIRULLAH! SALAH APA SAYA? APA SAYA DAN MURID LAINNYA HANYA PATUNG? ATAU BAHKAN BATU? EH SAMA AJA YA, DUH GOBLOK BANGET DIRI INI UNTUNG GANTENG. EH THEO KAYLA KENAPA NGEBUCIN GAK LIAT TEMPAT SI" tuh Jasson sudah berkoar abis-abisan.

Theo mau tidak mau melepas Kayla dari pelukannya. Sabar banget Theo tuh punya temen yang suka ngerusak momen kayak si Jasson. Udah mana belum disuruh duduk main duduk aja lagi.

"Eh tau gak?"

"Gak." jawab Theo dan Kayla bersamaan.

"Gw belum kelar ngomong!"

"Apaan? Jan nyuruh gw nebak ah, males mikir gw. Kecuali si mikirin bidadari yang ada di samping gw ini."

Untung Jasson tidak muntah, tapi jika ada ember kemungkinan Jasson bisa langsung muntah-muntah.

Kang gombal bat emang temennya yang satu ini.

"Gw serius bego." kesal Jasson.

"Dih ogah gw serius sama lu! Mending serius sama Kayla."

"THEO KALO MISALKAN SI ITEM KEBALIK JANGAN SALAHIN GW YA."

"Anjir ngancemnya sampe bawa-bawa motor kesayangan gw."

"Ya abisnya!"

"Ya udah apaan?!"

Jasson mendadak memasang wajah serius. "Sebenarnya...."

10 detik.

30 detik.

60 dekit.

Brakk.

Theo memukul meja, itu membuat satu kantin merhatiin mereka lagi.

"Nida gak jadian sama Yuda."

Hening. Tidak ada yang mau menjawab ucapan Jasson barusan.

"JASSON MONYET! MAU BIKIN PERANG LAGI LU?! GW MUTILASI YA SAMPE KEJADIAN! EMANG EMBER BAT LU KEK EMAK-EMAK KOMPLEK GW." Saka muncul sambil membawa gagang sapu.

"Aduh anjir mainnya gagang sapu, abis-abis dah pantat gw digebukin."

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang