55

540 57 19
                                    

Kayla sedang duduk sendirian di bangku taman, kebetulan rumah sakit ini menyediakan taman yang cukup luas dan indah untuk dipandang. Setidaknya Kayla bisa melepas stress saat ia melihat pemandangan hijau seperti ini. Tiba-tiba ia teringat akan orang tuanya.

Kenapa sampai sekarang mereka belum menjenguknya?

Orang tua Nida sudah menjenguk, malah setiap hari mereka ke sini.

Apa orang tuanya Kayla tidak mengetahuinya?

Tapi tidak mungkin, pasti Jeffry sudah memberitahunya bukan?

Kayla menghembuskan napasnya secara perlahan, ia menyandarkan tubuhnya lalu perlahan mencoba menutup matanya. Setiap kali ia menutup mata, ia selalu melihat bayangan Theo tersenyum ke arahnya. Mau tidak mau ia kembali membuka matanya, sudah sering ia melihat Theo secara langsung dan sekarang ia melihatnya juga ketika sedang menutup mata.

"Hai sayang."

Kayla terkejut saat menyadari Theo sudah ada di depannya.

Theo berjongkok sambil mengusap jemarinya. "Gimana kabar kamu hari ini?"

"Gak baik."

"Apa makin sakit?"

Kayla mengangguk.

"Yang mana yang sakit?"

Kayla mengarahkan telunjuknya ke arah dadanya. "Di sini. Theo."

Theo mengerti apa yang dimaksud oleh Kayla, Theo menunduk karena ia tidak kuat jika harus menatap mata Kayla yang terlihat sendu sekarang.

"Theo.."

Theo kembali menatap gadisnya, ia bingung kenapa tiba-tiba Kayla menangis seperti ini.

"Kamu kenapa Kay? Mau aku panggilin dokter?"

Kayla menggeleng dan ia kembali melanjutkan tangisannya. "Aku kangen mama papa."

Theo berdiri dan segera membawa Kayla ke dalam pelukan hangatnya. Tidak apa-apa bajunya harus basah karena terkena air mata Kayla, ia membiarkan gadisnya untuk menumpahkan rasa kesedihannya terlebih dahulu.

"Kenapa mereka gak jenguk aku Theo? Aku kangen sama mereka."

Jemari Theo bergerak mengusap perlahan rambut serta bahu Kayla. "Mungkin mereka ada pekerjaan, jadi belum bisa jenguk kamu dulu."

"Tapi aku kangen mereka."

"Kalo bisa detik ini juga aku bawa mereka ke sini Kay. Tapi aku aja gak tau alamat orang tua kamu yang sekarang."

"Aku kangen mereka."

"Syut syut.. Mereka pasti dating."

Dan setelahnya tidak ada percakapan lagi diantara mereka, hanya ada suara isakan kecil dari Kayla. Melihat Kayla seperti ini, rasanya hati Theo serasa disayat-sayat. Memang dia sering menyakiti bahkan membuat Kayla menangis, tetapi melihat gadisnya menangis sendu secara langsung..

Tidak-tidak, Theo tidak sanggup.

l i m e r e n c e

"Lo kenapa si dek ngeliatin gwnya gitu mulu?"

Nida lama-lama risih karena Jack menatap dia layaknya orang yang akan diintimidasi.

"Kak."

"Iya?"

"Kakak."

"Iya kenapa?"

"Kak."

"Ya ampun Jack, ada apa si?"

Jack memajukan badannya. "Kakak sama bang Theo beneran udah nikah?" bisik Jack

"Kata siapa si?"

"Kata dia sendiri lah kak. Terus ya lu tau gak? Bang Samuel emosi banget pas tau lu sama Theo udah nikah"

"Gw sama Theo gak nikah Kookie."

"Masa si? Pas kakak kecelakaan kenapa bang Theo pake jas terus kakak pake gaun? Kek orang mau nikah."

"Hampir, tapi untungnya gak jadi."

"Kok bisa?"

"Berkat izin Tuhan dan berkat Kayla juga. Dia bantuin kakak kabur."

"Tapi kak.."

"Apa lagi?"

"Bang Samuel kayaknya cemburu." bisik Jack kembali.

"Kenapa harus cemburu?" tanya Nida yang berusaha menyembunyikan pipi merahnya.

"Ya karena itu."

"Karena apa?"

"Ya itu lah kak."

"Ya apa?"

Jack berdecak sebal. "BANG SAMUEL DEMEN SAMA LO KAK, AH PAYAH MASA GITU DOANG GAK TAU SI!"

"DIH KOK LU JADI TERIAK SI DEK?"

"ITU KAKAK JUGA TERIAK!"

"YA ADEK DELUAN KAN YANG MULAI!"

"YA JANGAN IKUT-IKUTAN KAK!"

"Au ah."

"Ih ih ih, ngambekan."

"Bodo!"

"Kakak, cantik deh."

"Emang."

"Kak, ya ampun."

"Hmm"

"Is! Lama-lama Kookie jodohin nih sama bang Samuel."

"Jodohin aja."

"Cie-cie, demen juga nih romannya sama bang Samuel."

"Iya, eh."

Nida menutup mulutnya, bisa-bisanya dia bilang iya.

Gak gak gak, itu pasti sebuah ketidak sengajaan.

Gak mungkin dia ada rasa sama mantan ketosnya itu.

Ceklek.

Samuel yang baru saja akan masuk mendadak diam di tempat, ia juga sama terkejutnya mendengar ucapan Nida barusan.

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang