20

1K 64 47
                                    

"Ouh jadi bener kan lo yang dorong Nida sampe jatoh!" bentak Yuda.

Kayla menggigit bibir bawahnya, ia tidak tahu harus merespon apa.

"Jangan asal nuduh dong lo" bela Jeffry.

Iya. Selama ini yang membela Kayla hanya Jeffry dan Bunga, sisanya tidak ada yang percaya dengan Kayla.

"Kita udah denger kan cerita dari Nida maupun Kayla, dan emang Kayla yang salah!" bentak Yuda kesekian kali.

Nida dan Kayla sudah sama-sama saling menceritakan kejadian saat di jurang waktu itu, dan memang Kayla yang mendorong Nida. Theo yang duduk di bangku paling ujung hanya diam tak bersuara.

"Gw refleks." akhirnya Kayla berani untuk merespon tuduhan dari Yuda.

"Waw refleks sampe hampir bunuh orang ya." Yuda memang sudah menahan emosinya sejak lama, dan baru hari ini ia dapat meluapkan semua kekesalannya.

"Yuda, gak usah diperpanjang ya. Gw udah lupain itu kok, lagi pula gw kan udah sembuh, gw juga udah bisa sekolah dan bisa ketemu sama kalian lagi." ucap Nida menengahi.

Jujur, Nida memang merasa kecewa akibat perbuatan yang Kayla lakukan terhadapnya. Namun dia pikir-pikir, jika masalah ini terus berlanjut maka tidak akan ada habisnya.

"Tapi Da dia hampir bunuh lo! Kalo kejadian lagi gimana?!" kini giliran Wina yang berkoar.

Salsa menatap Kayla tidak suka. "Lo gak mau minta maaf gitu ke Nida?"

Kayla yang sedari tadi hanya menunduk akhirnya berani mendongakan kepalanya.

"Maaf kak."

"Baru minta maaf? Kemarin-kemarin kemana aja? Gak ngerasa bersalah banget kayaknya." sindir Kiki.

"Guys, udah ya anggap aja masalah ini kelar." bela Nida kesekian kali.

"Tapi tetep aja si Da, Kayla salah." kini giliran Jasson yang memberi pendapatnya.

Jay tertawa sinis. "Bahkan lo gak tanggung jawab sama biaya pengobatan Nida sepeserpun."

"Gw kan juga terluka kak." Kayla berusaha memendam rasa takutnya.

"Terluka lu tuh kek apa si? Luka di wajah lo itu udah sembuh kan? Coba bayangin Nida koma berapa hari, antara hidup dan mati Kay! Kalo salah ya lo jangan ngelak!" lagi-lagi Yuda meneriaki Kayla.

Ya kan gw udah minta maaf tadi." kayla.

"Ya tetep aja Kay lo tuh harusnya--" ucapan Yuda terputus.

"Udah!" teriak Niko.

Semua yang berada di dalam lingkaran meja itu mendadak diam.

"Udah lah, lagian Kayla udah minta maaf kan. Nida juga udah bilang masalah ini selesai, ya berarti udah!" ucap Niko frustasi.

"Gw kecewa sama tanggepan lo, biasanya lo dewasa, kalo sekarang keliatan banget kayak lo bela Kayla." Jay memang sudah merasa bila ada keanehan sikap Niko akhir-akhir ini.

"Yaudah intinya udahlah kelarin aja, udah sama-sama minta maaf ini." Saka sejujurnya sudah muak dengan perdebatan ini, ia hanya memberi respon seadanya.

"Udah kan? Yaudah gw mau ke kelas." Kayla mulai beranjak dari kursinya.

Yang lain menatap terkejut karena sikap Kayla yang terlihat acuh dan tidak peduli. Ini bukan seperti Kayla yang mereka kenal. Mereka tidak mengerti mengapa sikap Kayla bisa sangat berubah seperti ini.

"Kayla" panggil Theo dengan nada dingin.

Kayla yang tadi akan pergi menghentikan langkahnya, dan menatap lembut ke arah Theo. Theo melangkah mendekat ke arah Kayla. Yang lain hanya menyaksikan dan tidak ada yang melakukan sesuatu. Saat Theo sudah berhadapan dengan Kayla, ia menarik dan membuang napasnya secara kasar.

Dan..

Plak!

Theo menampar Kayla dengan sangat keras hingga membuat sudut bibir Kayla mengeluarkan darah.

Refleks mereka semua berdiri dan menatap Theo tidak percaya.

Bugh!

Jeffry melayangkan pukulan tepat di pipi mulus Theo.

Theo tertawa, lalu ia kembali menatap Kayla. "Untung Nida udah pulih, kalo enggak.. "

" ..Haha, lo bakal jadi orang yang paling gw benci di dunia Kay, karena apa? Karena lo hampir buat orang yang paling berarti di hidup gw hilang dari sisi gw"

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang