57

612 66 22
                                    

Nida sedang dikelilingi cowok-cowok tampan. Bangun tidur tadi sudah ditelpon berkali-kali sama beberapa cogan itu, katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan. Jadilah Nida siap-siap dan langsung pergi ke tempat yang sudah diberitahu oleh mereka.

"Jadi, mau bahas apa?"

Semuanya menatap Nida, yang ditatap jadi merasa risih. Mana adiknya ikut menatap dia seperti itu.

"Ada apa si?" tanya Nida sekali lagi.

Jay menggaruk tengkuknya, ia ingin menjelaskan tapi takut jika ada salah kata.

"Guys, jadi ada apa?"

Rasanya Nida ingin menarik mulut mereka yang mendadak bisu di sekelilingnya.

"Gini Da.. " Jasson menggantungkan ucapannya.

Nida menatap Jasson dengan tatapan penasaran. "Gini gimana?"

"Lo cantik."

Ya si Jasson, sa ae :'v

Nida berdecak sebal, kesabarannya benar-benar sudah habis. Pagi-pagi diganggu sama mereka, disuruh buru-buru segala macam, sampai sini malah pada tidak ada kejelasan.

"Kak."

"Hmm?"

"Lo tuh--"

"MASIH SEGEL!" teriak Saka tak sabaran.

Nida bingung dan masih belum mengerti maksud dari mereka semua. "Maksudnya?"

Sekarang giliran Saka yang berdecak sebal. "Kejadian waktu itu gak ada elah, lo masih tingting."

"Astaga bahasa lo, ada anak ketchilll di sini, lo lupa." Jay berusaha untuk menutup telinga Jack.

"Terus kejadian malam itu?"

"Malam itu tepat disaat kita semua habis acara perpisahan kan? Bentar-bentar, gw punya buktinya." sahut Yuda.

"Bukti?"

"Nih." Yuda memberikan handphone-nya kepada Nida.

Nida memutar video yang ada di sana, ternyata itu adalah rekaman cctv di bar saat kejadian malam itu. Sebenarnya Nida trauma jika harus menonton rekaman ini, tapi ia juga penasaran. Setelah ia selesai menonton rekaman tersebut, Nida menatap satu persatu ke arah mereka. Nida masih shock, ia tidak percaya.

"Da." Yuda memegang bahu Nida. "Saat itu baik lo dan Theo sama-sama pingsan."

"Pingsan gimana?"

"Lo pingsan karena lo ketakutan, Theo pingsan karena pengaruh alkohol. Jadi saat itu Theo gak sampe bertindak jauh." jelas Niko.

Nida menggeleng-gelengkan kepalanya. "Jadi gw?"

Semuanya mengangguk-angguk.

l i m e r e n c e

Kayla dan Theo sedang berada di taman, Theo memaksa untuk mengajak gadisnya ke sini. Kayla awalnya menolak karena dia beneran mau ngejauh dari Theo, tapi sekeras apa pun dia berusaha untuk menolak, Theo pasti yang akan tetap menang.

"Duduk di situ yuk, Kay."

Theo dan Kayla duduk di rerumputan dekat sungai. Kebetulan di sebelah taman ini terdapat sungai yang sangat luas dan bersih.

"Kay."

Kayla menatap Theo yang juga sedang menatapnya. "Iya, Theo?"

"Aku sayang sama kamu, jangan tinggalin aku ya."

Kayla bingung kenapa tiba-tiba Theo berbicara seperti ini.

"Maksud kamu?"

"Iya, aku masih sayang sama kamu. Jadi tolong jangan tinggalin aku."

"Kak Nida?"

Theo terdiam, ia sungguh bingung untuk menjawabnya. Jujur, sampai sekarang ia masih mencintai keduanya.

Brengsek bukan?

"Ya udah Theo gak usah dijawab, aku juga tau jawabannya apa." ucap Kayla sambil tersenyum miris.

"Apa?"

"Kamu juga masih ada rasa ke kak Nida."

Kini Theo yang memberikan tatapan sendunya. "Are you okay, Kay?"

"Harusnya aku yang tanya itu ke kamu? Kamu gapapa cinta sama dua orang sekaligus? Apa itu tidak akan memberatkan hati kamu?"

Theo terdiam, ia lagi-lagi bingung harus menjawab apa.

"Theo. Kalo kamu tanya, apa aku baik-baik aja pas tau kalo kamu masih cinta sama kak Nida? Jawabannya jelas aku gak baik-baik aja Theo, aku sakit. Tapi."

Kayla mengusap pipi Theo, lalu ia memberikan senyum tulusnya. "Aku coba buat ikhlasin semuanya Theo. Kalo kamu memang memilih kak Nida, aku akan belajar untuk baik-baik aja kok. Jadi tolong, lepasin aku ya."

Bukan Kayla yang menangis, kali ini air mata Theo yang jatuh. "Kay, maaf."

Kayla menggeleng. "Gak, kamu gak perlu minta maaf. Aku juga salah masih bertahan sama kamu sampai sekarang, jadi tolong lepasin aku ya Theo. Aku gak mau egois, semakin aku egois itu cuma jadi boomerang yang selalu buat hati aku sakit. Ujung-ujungnya? Aku menderita, kamu menderita, kak Nida juga menderita.. "

" ..Theo, kak Nida itu udah aku anggap kayak kakak aku sendiri. Ternyata dia gak seburuk yang aku pikir, selain cantik kak Nida emang beneran sebaik itu. Jadi tolong, berhenti nyakitin aku dan kak Nida."

Greb.

Theo menarik Kayla ke dalam pelukannya, ia menumpahkan tangisannya.

Kayla mengusap bahu Theo seraya menenangkannya. "Itu juga akan bikin kamu sakit Theo. Jadi tolong, sudahi semuanya sampai di sini."

"Tapi aku gakmau kehilangan kamu, Kay."

"Tapi kak Nida jauh lebih butuh kamu Theo. Kamu udah bikin kehidupan kak Nida hancur bukan? Sekarang coba perbaiki, ya. Aku juga yakin jauh di dalam lubuk hati kak Nida yang paling dalam, dia masih cinta sama kamu."

Theo menggeleng, ia sungguh tak sanggup memutuskan semuanya. "Tapi aku juga gak mau kehilangan kamu."

"Tolong belajar untuk melepaskan ya Theo, aku mohon."

"Aku sayang kamu, Kay."

"Jangan ngomong kayak gitu, itu bikin aku tambah sakit."

Biasanya Kayla yang akan lemah soal ini, biasanya ia yang akan menangis. Tapi sekarang berbeda, Theolah yang menyerah. Ia menyerah pada takdir, semua ini hampir membuatnya gila.

Tolong,
Theo tidak sanggup.

Tolong hukum Theo dengan hukuman apa pun itu, tapi jangan dengan hukuman seperti ini.

'Tuhan, jika akuterlalu berdosa untuk memiliki Kayla. Aku mohon, jangan buat semuanya terasasakit seperti ini.'

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang