05

1.4K 88 2
                                    

Pihak sekolah mengadakan kemah mulai dari kelas X hingga kelas XII. Kayla malas jika ia harus mengikuti perkemahan ini, namun Theo memaksanya untuk ikut. Theo 'kan sekalian mau romantis-romantisan.

"Duh Theo aku gak mau, gak usah ya." rengek Kayla.


"Udah ikut aja, ada aku." kata Theo sambil menuliskan nama dia dan nama Kayla di kertas pendaftaran.


Sebenarnya kemah tahun ini tidak diwajibkan untuk semua murid ikut, sekedar acara seru-seruan saja. Kayla bukan hanya malas bergerak saja, tetapi ia juga kesal karena nanti tidurnya di tenda yang akan membuatnya tidak nyaman.


"Theo. Ih gak usah." Kayla menarik-narik lengan Theo.


Tapi ya Theo tetap melanjutkan acara tulis menulisnya itu.


"Kalian ikut juga?" tanya Nida yang baru saja datang.


Kayla menatap Nida sinis, ia berharap Nida tidak ikut. Bisa menangis Kayla jika melihat kebersamaan Nida bersama Theo nanti.


"Lo emangnya ikut?" tanya Theo balik.


Nida mengangguk lalu menunjuk ke arah nama pendaftaran nomor 4. "Lo tau kan gw suka sama alam, ya udah gw ikut. Anak Bangtan juga yang nawarin awalnya."


Sepertinya ia sudah kembali dekat dengan anak-anak Bangtan, dan Theo bersyukur akan hal itu.


"Wih asik ini mah, jadi flashback zaman dulu." ucap Theo senang.


"Eh jangan dong! Udah punya Kayla inget lo!"


Theo tertawa. "Kayla juga gw paksa ikut, ngambek gak mau ikut loh dari tadi."


"Gapapa Kay, ikut aja." bujuk Nida dengan senyum manisnya.


Kayla membalas senyum dengan senyuman kikuk. "Iya kak."


"Dah selesai, pokoknya lusa kamu ikut kemah bareng aku." ucap Theo yang baru saja selesai mengisi data dirinya juga Kayla.


"Btw tadi gw ketemu kak Samuel, dia bilang tempat duduk di acak sesuai pilihan guru gitu." Nida baru ingat omongan Samuel tadi pagi.


"Yah kok di acak, kak." jika begini Kayla akan tambah malas untuk ikut.


"Tunggu. Sejak kapan lo deket sama bang Samuel?" tanya Theo menyelidiki.


"Ouh, kemarin dia nganterin gw balik. Ya terus tuker nomor, chat-an terus tadi pagi kak Samuel ngajak berangkat ke sekolah bareng deh."


Nida menceritakannya dengan penuh semangat dan senyum yang mengembang, tetapi reaksi Theo benar-benar di luar dugaan.


"Gak usah deket sama bang Samuel! Gw gak suka."


Kayla menatap Theo bingung. "Kalian udah gak ada hubungan Theo, kamu gak berhak ngelarang kak Nida lagi."


Nah loh. Sekakmat :)


"Udah lah."


Theo pergi begitu saja, menyisakan Kayla dan juga Nida yang terkejut akan reaksi Theo tadi. Ditambah Kayla takut, takut jika pacarnya masih ada rasa dengan mantan kekasihnya. Kemarin bahkan Theo senyum-senyum salting saat menceritakan masa lalu antara dirinya dengan mantannya ini.


Nida memegang pundak Kayla. "Kay. Apapun yang Theo lakuin nanti, gw harap lo bakal baik-baik aja. Jangan pernah kecewa sama gw ya, ikuti apa kata hati lo, dan cari tau kebenarannya."


Dan Nida juga ikut pergi. Kayla semakin bingung saja dengan semua ini, terasa sangat rumit.


Apa benar jika Theo belum move on?


"Gw harus apa?"


Dadanya sekarang terasa sesak, bahkan matanya sudah terasa perih. Tak terasa air matanya lolos begitu saja. Kayla segera pergi ke toilet dan menangis sejadi-jadinya di sana, ia benar-benar takut kali ini. Ia harap ini semua hanyalah mimpi, ia berharap semuanya hanya khayalan semata-mata.


"Semoga dugaan gw salah." Kayla mengusap kasar wajahnya dengan air.


Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang