63

540 59 14
                                    

Theo harus buru-buru, karena ia terlambat 30 menit untuk rapat dengan kolega-kolega besar hari ini. Semalam Theo tidak bisa tidur disebabkan karena Nara yang terus menangis tanpa henti. Nara selalu mengadu kepadanya, dia bilang badannya sakit, tapi setiap Theo cek tidak ada luka sama sekali. Tapi tetap saja, Nara tetaplah Nara, tidak bisa berhenti menangis sepanjang malam. Theo juga menyadari bahwa kantung matanya kini sudah mirip dengan mata panda, walaupun itu tidak mengurangi ketampanan dari seorang Theo Edison.

"Selamat pagi,pak." sang asisten membungkuk hormat. "Kolega sudah menunggu di dalam."

Theo menangguk mengiyakan, setelahnya ia memasuki ruang rapat yang sudah dipenuhi oleh kolega-koleganya.

"Selamat pagi semua. Maaf jika saya terlambat, semoga tidak membuang waktu kalian semua."

"Tidak apa, pak."

Theo duduk di kursinya dan mulai membuka lembar-lembar kertas tebal yang ada di atas meja. "Baik, apa boleh kita mulai?"

"Maaf pak, kita masih harus menunggu."

Theo mengerutkan dahinya. "Menunggu siapa?"

"Perwakilan dari YL Business."

"Tumben sekali mereka telat."

"Mereka baru saja ganti CEO dan beberapa staff."

Theo menangguk paham. "Baiklah, ini pertama kalinya mereka telat, jadi tidak apa-apa."

"Selamat pagi semuanya, maaf saya terlambat."

Suara ini..

Theo menggeleng-gelengkan kepalanya, ia rasa dirinya salah dengar. Tidak mungkin itu suaranya.

"Tidak apa-apa, rapat belum dimulai. Omong-omong, bolehkah kami semua mengetahui nama anda?"

"Ah iya, nama saya Kayla Nazareth. CEO dari YL Business."

Theo mendengak, terkejut akan apa yang ia dengar tadi. Dan saat mata mereka bertemu--

"Kay?"

Kayla juga terkejut melihat Theo, dan bahkan sekarang Theo semakin tampan di matanya. "Theo?"

Semua kolega yang ada di dalam ruang rapat saling melempar pandangan, mereka bingung dan tidak tau ada apa diantara CEO Edison dan CEO YL. Kayla langsung berusaha bersikap biasa saja, ia harus profesional, ini menyangkut perusahaan papanya yang sudah di ujung tanduk.

"Maaf, maksud saya pak Theo."

Rasanya ia ingin membawa gadisnya ke dalam pelukannya, namun mustahil untuk saat ini.

Theo juga ingin bersikap profesional seperti biasanya.

"Baik kalo gitu, mari kita mulai rapatnya."

Rapat pun dimulai. Dari masing-masing perusahaan menampilkan presentasi, dan saat tiba giliran Kayla, mata Theo tidak bisa lepas darinya. Jujur Theo tidak tau jika YL Business adalah perusahan milik keluarganya Kayla, bahkan selama mereka menjalin kerja sama, Theo selalu bertemu dengan bagian wakil direktur, bukan dengan CEO-nya langsung. Theo terus berucap syukur bisa kembali melihat wanita yang ia cintai selama ini. Rapat pun selesai, semua kolega mulai berpamitan dan pergi dari ruang rapat.

"Kay" Theo menahan lengan Kayla.

"Iya, pak?"

Theo segera membawanya ke dalam dekapannya, erat dan hangat. Kayla diam dan tidak berniat bergerak sedikit pun.

"Aku kangen. Dan aku bersyukur kita bisa ketemu lagi."

Suara sendu Theo,suara yang Kayla harap tidak ingin ia dengar kembali.

"Aku masih cinta sama kamu, Kayla."

Kayla menggeleng dan ia melepaskan dekapan Theo. "Maaf pak, saya kurang nyaman dengan apa yang bapak lakukan dan ucapkan."

"Kay, lupain dulu jabatan kita. Aku serius kangen sama kamu Kay. Kamu tau? Saat kamu bilang kamu benci aku, dan saat itu pula aku benci sama diri aku sendiri. Aku berusaha hubungin kamu berkali-kali, tapi nomor dan sosmed kamu udah gak aktif. Aku juga berusaha nelfon kamu lewat nomor papah mamah kamu, tapi sama, nomornya juga gak aktif. Aku bahkan minta tolong Jeffry dan Niko, tapi lagi-lagi jawabannya sama. Kay--" Theo menggenggam jemari Kayla. "Aku masih cinta sama kamu."

Kayla menarik lengannya, dan ia berusaha untuk tidak bertatap muka dengan Theo.

"Kay, maafin aku."

"Saya bosan mendengarnya. Apa tidak ada kata lain?"

"Kay, aku mohon. Aku--"

"Permisi tuan." tiba-tiba sang asisten masuk dengan tergesa-gesa.

"Ada apa?"

"Nara jatuh."

"Nara? Kok bisa ada Nara di sini?"

"Tadi dia diantar sama supir tuan. Nara sudah saya obati tapi tangisannya tak kunjung reda."

"Baik saya ke sana."

Theo dan sang asisten langsung pergi begitu saja, Kayla terdiam dan memandang Theo yang sudah jauh di sana.

"Nara?"

Kayla tidak mau ambil pusing, ia segera bergegas pergi dari sana. Namun saat ia melewati lobi kantor, Kayla melihat Theo dan seorang anak kecil yang sedang menangis.

"Huwaa cakit, peyih!"

"Sabar Nara, ini kan lagi diobatin."

"Hikss, cakit. Huwaaa."

Tangisan Nara semakin menjadi saat Theo tak sengaja menekan lukanya. Kayla yang merasa iba segera menghampiri mereka, ia berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan anak kecil ini.

"Coba sini aku liat lukanya."

Nara mendadak berhenti menangis, tapi ia mulai memundurkan badannya seolah-olah ia sedang ketakutan.

"Aku cuma mau liat kok, gapapa sini."

Theo menatap wajah Kayla dari samping, ia juga merindukan pemandangan ini.

"Hikss, cakit! Jan centuh-centuh Nala!"

"Nala?" tanya Kayla bingung.

"Nara. Nara Edison" ucap Theo dengan jelas.

Nara Edison?

Tidak-tidak, bukan berarti--

"Daddy, ayo ke kakak tantik aja. Nala mau cama kakak tantik. Biar kakak tantik yang obatin Nala!"

Daddy?

Maksudnya?

"Nanti ya sayang, daddy habis ini masih ada rapat."

"Huwaa Nala mau cama kakak tantik. Hikss, daddy jahat!"

Theo mengusap kasar wajahnya, harus sabar menghadapi Nara yang mendadak manja seperti ini. Theo akhirnya memilih untuk menggendong putrinya. "Nanti ya Nara sayang. Apa Nara mau sama mamah dulu?"

Mamah?

Apa lagi ini?

Nara segera menggeleng. "Nda mau! Nala maunya cama daddy cama kakak tantik!"

"Theo" panggil Kayla.

"Iya?"

Kayla tertawa sinis. "Lupain rasa cinta anda ke saya. Omong-omong, anak anda cantik juga. Pasti mamanya sama cantiknya. Kalo begitu, saya permisi."

"Kay, dengerin aku dulu Kay! Kayla!"

Kayla tidak menggubris Theo yang sudah meneriaki namanya. Kayla memilih untuk segera pergi dari sana. Terlalu menyakitkan untuk mengetahui yang sebenarnya.

Apa ia sudah terlambat?

Apa Theo tidak benar-benar setia untuk menunggunya?

Sial. Air matanyakembali tumpah. Rasa sakit ini, rasa sesak ini. Mereka kembali muncul.

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang