28

787 52 4
                                    

Kayla meminta bantuan beberapa orang di jalan untuk membantunya membawa Theo sampai ke rumahnya. Di rumah Theo tidak ada siapa-siapa, tapi anehnya pintu rumah tidak terkunci. Jadi Kayla langsung meminta tolong agar Theo dibawa sampai ke dalam kamarnya.

Selepas orang-orang itu pergi, Kayla memilih untuk tetap stay menjaga Theo. Dengan telaten ia membersihkan pinggiran mulut Theo dengan tissue basah agar wangi alkoholnya dapat segera mereda.

Selepasnya Kayla menunggu Theo untuk sadar. "Theo, aku emang benci sama kamu. Tapi lihat kamu kayak gini sekarang aja, aku mau nangis rasanya."

Kayla terus-menerus mengusap rambut pacarnya dengan lembut, berharap sang kekasih cepat sadar.

l i m e r e n c e

"Da, are you okay?" tanya Samuel khawatir.

Pulang sekolah tadi Samuel langsung mampir ke rumah Nida.

Biasa modus.

Tapi ia beralasan dengan ingin berdiskusi soal lomba, padahal Nida bukan anggota OSIS tapi Samuel kekeh ingin diskusi bersama gadis dambaannya.

Diskusi sekalian modus tepatnya.

"Da?"

Masih belum ada sahutan. Cewek yang dia lagi ajak bicara ini hanya diam saja sedari tadi. Akhirnya Samuel menggenggam jemari Nida, dan itu sukses buat Nida terkejut dan memilih untuk melepaskan jemari Samuel.

"Sorry, aku cuma takut kamu kenapa-kenapa."

"Emang aku kenapa kak?" tanya Nida bingung.

"Tadi kamu ngelamun."

Nida menundukan kepalanya. "Maaf kak."

"Kenapa harus minta maaf, itu juga, sini tatap aku." pinta Samuel.

Nida masih menunduk dan tidak berani menatap lelaki yang menjabat sebagai ketos di sekolahannya.

"Do you have a problem with, Theo?" tanya Samuel memastikan.

Nida menggeleng. "Bukan sama Theonya."

"Kayla?"

Nida perlahan menatap mata Samuel dengan perasaan cemas. "Kak, aku jahat ya?"

"Jahat?"

"Kakak pasti udah denger dari beberapa murid lainnya kalo aku itu jahat sama hubungan Kayla dan juga Theo."

Samuel tahu soal itu, berita tentang hubungan Theo Kayla dan Nida yang berada di tengahnya sudah menyebar luas. Bahkan saat Samuel bertemu orang yang membicarakan masalah itu, ia segera menegur agar berhenti membicarakannya.

"Aku bingung mau jawab apa, Da. Tapi coba dengerin ini bentar ya."

Nida mengangguk.

Sebelum kembali melanjutkan ucapannya, ia menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.

"Letak salah kamu itu Da, kenapa tetep mau terima Theo kembali? Jelas kamu tau kalo Theo udah ada Kayla saat itu. Kamu tau sendiri kan seberapa licik dan brengseknya manusia model kek Theo, kenapa masih mau nerima? Belum move on? Masih sayang? Da come on! Kamu cantik, baik, banyak yang mau sama kamu. Kenapa harus nunggu pacar orang si Da?"

Ucapan Samuel barusan sukses membuat Nida tertegun. Ia berdiri dari kursinya. "Kak, makasih atas sarannya tapi tolong pergi, maaf aku mau istirahat."

Samuel ikut berdiri, ia berusaha untuk memegang lengan Nida tapi selalu Nida lepas. "Aku minta maaf kalo ucapan aku nyakitin kamu."

"Maaf aku mau istirahat."

Dan setelahnya Nida masuk ke dalam rumah, meninggalkan Samuel dengan penyesalan atas apa yang sudah ia ucapkan.

"Samuel bodoh!"

l i m e r e n c e

Theo mencoba mengerjapkan matanya. Saat pandangannya mulai membaik, ia langsung disuguhkan oleh pemandangan indah dari bidadari di sampingnya yang masih dalam keadaan terlelap. Lalu ia sedikit dapat menghirup aroma alkohol di tubuhnya.

"Duh gw kenapa keblablasan sih!"

Kayla terbangung karena merasa terganggu oleh suara Theo.

"Theo? Udah sadar? Ini minum dulu."

Tanpa basa basi Theo segera meneguk minumannya sampai habis. Setelahnya, tidak ada percakapan sama sekali. Mendadak Kayla menangis. Menangis dalam diam. Sedari tadi rasa sesak itu coba ia tahan, namun gagal. Dan sampai akhirnya suara isakan Kayla mulai terdengar, itu membuat Theo panik sekaligus khawatir dengan gadisnya ini.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Theo lembut.

"Kamu jahat!"

"Loh, aku jahat kenapa?"

Kayla tidak habis pikir kenapa ia bisa mencintai manusia sebrengsek Theo.

"Kamu jahat!"

Kayla mencoba untuk memukul Theo, namun Theo tahan. Theo membawa pacarnya ke dalam dekapannya yang hangat, jemarinya berusaha mengelus punggung gadisnya agar cepat tenang. Sejujurnya ini posisi yang lumayan ambigu dan bisa menjadi sebuah kesalahpahaman. Posisi mereka sedang di kasur, dan Kayla yang berada di atas Theo karena pacarnya itu menarik Kayla ke dalam pelukannya tadi.

Brakkk.

"THEO!"

Bersambung,
Limerence.

LIMERENCE (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang