36. selamat tinggal

403 99 8
                                    

Lama tak jumpa, maap ya gak mood banget buat up nih.

Vote dan comment ya jangan lupa, biar aku nya semangat buat lanjut lagi ya.

Typo bertebaran maklumin ya.

Part ini lumayan panjang ya..



















































Happy reading ya












































Gelvina melihat sekeliling fondasi kayu tampak diruangan itu, pencayahaan remang dan dingin yang sangat menusuk hingga ke tulang.

"Aku dimana?"dengan sekuat tegana ia berbicara memang serak namun masih terdengar.

"Syukurlah kamu sudah siuman, kamu tiga bulan koma di rumah sakit, dan seminggu kemudian kamu dibolehin pulang akhirnya kamu bangun juga"jelas ibu paru baya itu.

"Koma? Memangnya ada apa dengan ku?"tanya nya lagi bingung masih memegangi kepalanya yang sangat sakit.

"Kami menemukan mu disungai nak"jawab ibu itu.

"Sekarang kamu istirahat, jangan banyak gerak ambu mau masak buat kamu ya"pinta ibu itu lalu ia pun pamit pergi dari kamar.

Gelvina mengingat ingat, dan ia ingat mengapa ini terjadi padanya, kelakuan sindy yang membuat ia berada disini, tiga bulan? Lalu bagaimana dengan kedua orang tua nya pasti mengkhawatirkan nya bukan.

Dengan susah payah gelvina berusaha untuk duduk, kepalanya benar benar pusing, sekujur badannya pun terasa sangat sakit.

Ia meraba lehernya sendiri merasa lega karena kalung pemberian kakaknya masih pada tempatnya.

"Sekarang gue dimana? Bunda, ayah gelvina rindu kalian"tak terasa air mata sudah tak tertahan ia bendung.

Terdengar suara gecitan pintu, muncul lah ibu paru baya itu membawa nampan.

"Nak, sekarang bagaimana keadaan mu, masih sakit, nanti ambu panggilakan dokter untuk memeriksa mu"ucap ibu itu sambil menaruh segelas air di nakas laci.

"Ibu, ini dimana ya?"tanya gelvina gugup.

"Ambu aja atuh manggilnya, ini teh di purwarkarta nak"jawab ambu.

"Ambu, kalau ke jakarta jauh gak ya?"tanya gelvina lagi.

"Lumayan atuh, neng teh dari Jakarta kenapa atuh sampai kebawa arus sungai jauh pisan?"tanya ambu itu.

Gelvina menatap lurus kedepan wajah nya sungguh pucat namun kecantikan nya tak pernah hilang.

Perlahan gelvina menceritakan segala hal tentang nya dan semua yang ia alami sampai saat ini.

"Ambu turut sedih, mengapa saha nami nya teh sin sin saha weh lah teu yaho ambu, kenapa atuh dia jahat pisan kasian atuh neng nya, gelis begini baik pula ada weh yang jahat"komentar ambu dari tentang apa yang telah diceritakan oleh gelvina.

"Ambu manggil si eneng teh saha?"tanya ambu.

"Panggil vina aja ambu"jawab gelvina.

"Ikh meni gelis pisan naminya neng vina atuh nya, dimakan dulu atuh apa ambu suapin?"ucap ambu yang menawarkan diri.

"Vina makan sendiri ambu"sahut gelvina.

"Iya atuh pelan pelan nya, kalau ada apa apa panggil ambu atuh ya"pinta ambu lalu ia pergi dari kamar gelvina.

Gelvina Story's (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang