Beriringan setelah bayangmu menerpa seluruh kenangan yang terpatri rapi. Yang pernah dengan hangatnya tercipta. Dan tiba-tiba secara tak langsung pula kamu menyuruhku untuk menepi, lalu membiarkan aku yang terikat sendiri. Entah, yang mempermainkan itu aku atau justru sebaliknya?
Memori indahmu mengeja seluruh racun bagiku. Setiap inci yang pernah kita lalui berujung candu. Kamu memberiku tak hanya euforia, tapi juga luka yang kian menganga. Ah, bisa gila aku dibuai masa lalu yang dengan bengis meronta tak senada dengan rasa.
Aku memang diharuskan melupa, tapi tolong. Jangan pernah paksa aku untuk mengakhirinya sendiri. Kita disini yang mencipta semua itu, kita pula yang harus menyelesaikannya, jangan hanya sepihak. Disini ragamu yang ego atau rasamu yang mati?
—p.s
31 Desember 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ruang ilusi ✓
Poetry𝙟𝙪𝙨𝙩 𝙖𝙣 𝙞𝙡𝙡𝙪𝙨𝙞𝙤𝙣 𝙖𝙗𝙤𝙪𝙩 𝙢𝙚 𝙖𝙣𝙙 𝙮𝙤𝙪. ❝Mari, 'kan kuajak dirimu menuju ruang ilusi. Bercerita dan berbagi suka duka bersama.❞ contains about part of (phosphenous) ruang ilusi ©2018, maruflaco