Belakangan, hari-hari semakin membosankan. Detik demi detik aku seperti sedang menabung tuntutan. Tuntutan agar cepat selesai, tuntutan agar bijaksana, tuntutan agar menjadi manusia. Tak ada yang mendengarkan, hingga dirimu datang dan menawarkan, sakit untuk kembali merasakan.
Perlahan, separuh aku berpihak pada waktu. Ingin membersamai tapi takut pilu. Tapi lama berlalu, seluruh atomku seakan bergrativasi ke arahmu. Jatuh sejatuhnya tanpa dasar dan pegangan akar randu. Logikaku juga sudah membatu, memilih tangis ketimbang sepi waktu itu.
Hei, bagaimana jika nanti arwahku pun mengekorimu? Karena entah sejak kapan, aku meletakkan bahagiaku di kamu.
—p.s
06 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ruang ilusi ✓
Poetry𝙟𝙪𝙨𝙩 𝙖𝙣 𝙞𝙡𝙡𝙪𝙨𝙞𝙤𝙣 𝙖𝙗𝙤𝙪𝙩 𝙢𝙚 𝙖𝙣𝙙 𝙮𝙤𝙪. ❝Mari, 'kan kuajak dirimu menuju ruang ilusi. Bercerita dan berbagi suka duka bersama.❞ contains about part of (phosphenous) ruang ilusi ©2018, maruflaco