133

433 33 2
                                    

Aku adalah sebuah karya sastra dengan ratusan ribu kata dan bahasa. Sebuah prosa tentang asmara dan perasaan sukacita. Namun sayang, netramu terlahir buta, akalmu tidak bisa membaca, bibirmu tidak bisa mengeja, dan hatimu kedap rasa. Sungguh biru kertas putih ini, kutulis dengan tinta air mata perihal betapa kagumnya aku atas rambutmu, atas lenganmu, atas senyummu, dan atas canda tawamu.

Aku adalah lantunan lagu dengan lirik yang dipenuhi oleh nama lengkapmu. Melodinya terbuat dari deru napasku, kutaruh segenap jiwa sanubariku pada ritme dan intonasinya. Lagu yang selalu kunyanyikan bersama seisi angkasa dengan gegap gempita. Kita bersorai bersama rintikan hujan pada jam tiga pagi. Dari balik tirai jendela, aku menuai senandika pada duka atas tulinya telingamu.

Aku adalah sebuah cerita dongeng yang belum pernah kaudengar. Ratusan kukila bersautan di sebuah jenggala, dengan segara deras yang menjadi orkestra atas hadirnya kita berdua. Namun sayang, seliramu hanya sebatas manekin, peranmu dicuri pihak lain, dan renjana yang tertuang di dalam manuskrip ini harus berakhir meredup. Selamat tinggal, cerita khayal eunoia. Selamat datang, cerita cinta distopia.

Pencipta atas segala kuasa, mengapa hadirnya begitu abu, mengapa lakunya begitu melebur dalam buram, mengapa ia berada di antara persimpangan antara iya atau tidak, mengapa aku tidak terjatuh ke dalam jurang sajaーpinggiran antara harap atau menyerah dengan segala. Jikalau dia memang selalu memberi baskara dan badai, maka jadikanlah aku sebagai benang rajaーyang selalu hadir kala sedih dan suram telah usai, mengundang matahari kembali menyinari.

Aku adalah segala hal yang indah tentang sebuah rasa, tetapi mengapa kau selalu saja perihal hancur dan patah. Aku adalah sesuatu yang tersimpan rapi dalam siratan makna, tetapi mengapa penolakan selalu kausurati dengan sepenuh hati.

Lupakan saja, takdir pun tidak akan pernah menulis hadirnya. Lupakan saja, biarkan saja, sudahilah. Selesaikanlah prosa ini, sampai nanti matanya terbelalak membaca pun, ia tidak akan pernah jatuh hati.

Lebih baik kau pulang ke rumah, mengobati jemarimu yang membengkak biru, hatimu yang terkoyak sendu, jemalamu yang dipenuhi debu, ragamu yang menunggu sesuatu yang tidak akan pernah berpaut.

p.s

07 Agustus 2020

note :
untuk ruang ilusi part II sudah
ada. kalian bisa baca di workku yang
judulnya because.

ruang ilusi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang