Abuku kembali berkunjung ke rumahmu. Menelisik gelap malam yang semakin kalap, menghancurkan hening yang seolah tak sanggup untuk bergeming.
Risauku masih menyebut namamu. Entah saat kau berharu-biru hingga menikmati waktu. Aku tak tahu hingga kapan risau ini berhenti untuk memanggilmu.
Afeksiku masih kusalurkan padamu. Meski dengan frekuensi berbeda dan wujudnya tak lagi nyata, masih ada rapalan doa yang harus ku sampaikan pada ujung duniamu di luar sana.
Faktanya, masih juga kusampaikan selamat datang melalui buku-buku di meja kita. Tempat dua remaja bersua meski memori tak lagi nyata akibat berhasil di paksa melupa.
—p.s
27 Januari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
ruang ilusi ✓
Poetry𝙟𝙪𝙨𝙩 𝙖𝙣 𝙞𝙡𝙡𝙪𝙨𝙞𝙤𝙣 𝙖𝙗𝙤𝙪𝙩 𝙢𝙚 𝙖𝙣𝙙 𝙮𝙤𝙪. ❝Mari, 'kan kuajak dirimu menuju ruang ilusi. Bercerita dan berbagi suka duka bersama.❞ contains about part of (phosphenous) ruang ilusi ©2018, maruflaco