Tadi malam, aku dan kamu saling bertukar cerita lewat telepon. Membunuh setiap detik dan menit dengan selingan canda dan tawa.
Aku bercerita betapa buruknya hari itu, bagaimana setiap orang menjadi egois dan memikirkan kehendak masing-masing.Kamu mendengarkan dengan seksama, menunggu ceritaku habis. Sesekali tertawa tidak jarang juga memberi saran. Hari itu harusnya menjadi hari yang buruk. Tetapi, berkat tawamu hari itu menjadi hari yang berkesan untukku.
Telepon ditutup. Pembicaraan usai. Aku kembali tersadar dalam keabu-abuan, hitam, dan putih duniaku. Tanpa sadar aku menyunggingkan senyum, beberapa detik yang lalu aku baru saja merasakan warna lain dalam hidupku. Warna yang seharusnya tidak boleh ada dan tidak boleh aku rasakan.
Malam itu, mungkin aku telah melewati batasannya. Batasan yang biasa kita kenal dengan kata 'Teman'. Sampai sebelum malam itu, aku bahkan tidak berani menyingkap batasan yang ada.
Aku terlanjur melewatinya. Aku menyingkap batasan yang selama ini aku jaga. Hari-hari mendebarkan dimulai. Dimana yang tadinya tawamu terdengar biasa saja menjadi sesuatu yang aku rindukan.
—p.s
05 Maret 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ruang ilusi ✓
Poetry𝙟𝙪𝙨𝙩 𝙖𝙣 𝙞𝙡𝙡𝙪𝙨𝙞𝙤𝙣 𝙖𝙗𝙤𝙪𝙩 𝙢𝙚 𝙖𝙣𝙙 𝙮𝙤𝙪. ❝Mari, 'kan kuajak dirimu menuju ruang ilusi. Bercerita dan berbagi suka duka bersama.❞ contains about part of (phosphenous) ruang ilusi ©2018, maruflaco