Terima kasih sudah menghadiahi luka yang tak disengaja.
Sedari awal asmara hanya sebuah lelucon tuk menemani sunyinya malammu. Aku yang terlanjur menyelam rasa, menerimamu dengan berbagai asa. Berharap hanya aku saja yang menjadi pujaan.
Namun, kecerobohanku (menerimamu) ialah luka yang sedang aku tanam. Perlahan sakit semakin terasa, tapi kau enggan percaya, padahal itu ulahmu yang tak menganggapku ada. Aku hanya bisa diam tuk meredakan masalah, berharap menemukan jalan keluar selain berakhir pisah.
Sudah kuberi lebih dari satu kesempatan tuk memperbaiki kesalahan. Namun, sampai sekarang kau hanya menambah pikiran dengan alasan tak masuk akal, lalu pergi dan kembali sesuka hati.
Ini, aku yang terlalu perasa atau kau yang tak punya rasa?
—p.s
16 Agustus 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ruang ilusi ✓
Poetry𝙟𝙪𝙨𝙩 𝙖𝙣 𝙞𝙡𝙡𝙪𝙨𝙞𝙤𝙣 𝙖𝙗𝙤𝙪𝙩 𝙢𝙚 𝙖𝙣𝙙 𝙮𝙤𝙪. ❝Mari, 'kan kuajak dirimu menuju ruang ilusi. Bercerita dan berbagi suka duka bersama.❞ contains about part of (phosphenous) ruang ilusi ©2018, maruflaco