Kamu terlalu sempurna.
Untuk kamu yang namanya selalu saya sebut selepas salam di lima waktu, ada banyak harap yang saya gantungkan padamu.
Pada lembar-lembar penuh tinta warna-warni, saya berharap suatu saat nanti kita akan bersama dalam satu impian, mengejar bersama apa yang disebut-sebut sebagai masa depan, serta saling menjaga dalam hangat dan manisnya balutan rembulan.
Lalu kemudian pada lembar-lembar pemikiran saya yang terlalu bodoh, saya menanamkan bahwa tidak ada kata pantas untuk saya yang bahkan belum bisa apa-apa untukmu yang punya segalanya. Saya mengecilkan diri saya sendiri, saya menyalahkan takdir perihal mengapa saya harus jatuh hati, saya mengeratkan pemikiran bahwa selamanya; kamu tidak akan pernah bisa saya miliki.
Sebab kamu saya dapat tertawa. Sebab kamu saya mampu punya warna. Sebab kamu saya bisa jatuh cinta.
Sebab kamu pula, saya mengerti bahwa mencintai seseorang yang terlalu sempurna adalah sakit paling pahit yang tertunda.
—p.s
14 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ruang ilusi ✓
Poetry𝙟𝙪𝙨𝙩 𝙖𝙣 𝙞𝙡𝙡𝙪𝙨𝙞𝙤𝙣 𝙖𝙗𝙤𝙪𝙩 𝙢𝙚 𝙖𝙣𝙙 𝙮𝙤𝙪. ❝Mari, 'kan kuajak dirimu menuju ruang ilusi. Bercerita dan berbagi suka duka bersama.❞ contains about part of (phosphenous) ruang ilusi ©2018, maruflaco