Pada senyummu aku berlabuh. Rasanya aku ingin selalu menikmati seutas garis indah yang melengkung di bibir tebalmu. Aku jamin itu tidak akan membuatku bosan melihatnya terus-menerus.
Senyummu memberikan efek luar biasa yang membuat degup jantungku berirama tak karuan. Aku tidak perlu kecanduan meminum bir kalau mendengar dan melihat tawamu saja sudah menjadi candu. Unik suara tawamu seperti orang yang sedang mengelap kaca membuatku ikut terbahak, padahal aku tidak tahu apa yang kau tertawakan.
Kau tahu? Seolah kupu-kupu sedang beterbangan mengajakku bercanda ketika aku mendengar tawa unikmu. Mungkin saja saat ini bukan aku yang menjadi penyebab tawa itu sebab aku hanya berani memandangmu dari kejauhan.
Asal suatu saat nanti biarkan aku menjadi alasan yang juga membuatmu tertawa. Aku akan selalu setia melihat keajaiban senyummu dari kejauhan. Itu sudah lebih dari cukup.
—p.s
17 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ruang ilusi ✓
Poetry𝙟𝙪𝙨𝙩 𝙖𝙣 𝙞𝙡𝙡𝙪𝙨𝙞𝙤𝙣 𝙖𝙗𝙤𝙪𝙩 𝙢𝙚 𝙖𝙣𝙙 𝙮𝙤𝙪. ❝Mari, 'kan kuajak dirimu menuju ruang ilusi. Bercerita dan berbagi suka duka bersama.❞ contains about part of (phosphenous) ruang ilusi ©2018, maruflaco