Netraku masih tertunduk menghadap tanah yang basah sisa hujan semalam. Membayangkan banyak hal yang tiba-tiba memenuhi pikiran. Mengenai ingatan, yang perlahan-lahan menghilang.
Bukan hanya tentang kamu, yang seingatku meninggalkanku tanpa alasan. Namun juga kenangan-kenangan menyedihkan di masa silam. Seakan menumpuk di waktu yang bersamaan. Disusul air mata, yang sepertinya tidak bosan-bosannya keluar bergantian.
Bibirku masih enggan rasanya untuk sekadar bersuara. Pikirku masih terus melayang entah kemana. Amarahku rasanya belum reda sepenuhnya. Namun, aku tidak mampu mengingat seluruh ceritanya.
Seharusnya aku menuliskannya sebelum terlupa. Sebab hati manusia, ialah tempat paling rahasia, yang sayangnya belum sempat kusingkap sepenuhnya.
Aku mengingatmu, namun tidak seluruhnya.
—p.s
25 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ruang ilusi ✓
Poetry𝙟𝙪𝙨𝙩 𝙖𝙣 𝙞𝙡𝙡𝙪𝙨𝙞𝙤𝙣 𝙖𝙗𝙤𝙪𝙩 𝙢𝙚 𝙖𝙣𝙙 𝙮𝙤𝙪. ❝Mari, 'kan kuajak dirimu menuju ruang ilusi. Bercerita dan berbagi suka duka bersama.❞ contains about part of (phosphenous) ruang ilusi ©2018, maruflaco