Meski sudah beberapa bulan berlalu, tetap saja aku masih terjebak oleh masa lalu. Masih enggan beranjak dan terus terpaku kepadamu.
Sementara itu, kamu sudah sejak lama melangkah lebih dulu; menemukan rumah yang baru. Rumah yang saat ini menjadi tempat persinggahanmu, apakah terasa lebih baik dari singgasanaku?
Tetapi, mengapa ketika aku melihat timeline Twitter-mu, kamu terlihat begitu pilu? Kemana bahagiamu yang dulu? Ketika pertama kali kamu memutuskan untuk berlalu, kamu terlihat bahagia teramat sangat dengan kekasihmu yang baru.
Tidak, aku tidak senang melihatmu yang memilukan itu. Bahkan, separuh dari diriku merasakan sakit ketika tahu bahwa kamu tak sebahagia dulu. Pun aku benci kepada diriku; yang tak pernah bisa untuk berhenti peduli kepada dirimu.
Ingin rasanya aku menanyakan bagaimana keadaanmu, tetapi untuk mengatakan sepatah kata saja rasanya aku tak mampu. Karena, saat ini, kita hanyalah dua asing yang sudah tak saling padu.
—p.s
09 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
ruang ilusi ✓
Poetry𝙟𝙪𝙨𝙩 𝙖𝙣 𝙞𝙡𝙡𝙪𝙨𝙞𝙤𝙣 𝙖𝙗𝙤𝙪𝙩 𝙢𝙚 𝙖𝙣𝙙 𝙮𝙤𝙪. ❝Mari, 'kan kuajak dirimu menuju ruang ilusi. Bercerita dan berbagi suka duka bersama.❞ contains about part of (phosphenous) ruang ilusi ©2018, maruflaco