Aku pernah mengalami atau kita semua pasti mengalami?
Sesuatu datang kemudian pergi silih berganti.
Seseorang berjanji namun berakhir mengingkari.
Terpaksa mempercayai padahal sudah jelas-jelas sedang didustai hanya demi menjaga hati dari orang-orang yang tak berhati.
Amarah sudah membakar hati tapi mau tak mau harus sadar diri sebab diri ini tak lebih dari pemuas yang kalau butuh baru dicari.
Satu per satu meninggalkan dan kembali kalau butuh bantuan.
Tak ada yang mau mendengarkan sampai merasa hidup ini seolah sendirian.
Menyelamatkan orang-orang yang singgah untuk menitipkan duka kehidupan.
Mengutamakan jiwa-jiwa egois yang meletakkanku pada daftar ke sekian dalam prioritasnya—atau mungkin tak pernah.
Memberi-memberi-memberi semua sampai tak tersisa untuk diri sendiri.
Nyawa kuberi, hati kubagi, harga diri kuhadiahi namun tetap saja ditinggal pergi karena merasa masih kurang lagi.
Menertawai kebodohan sebab terlalu sabar dan berbaik hati.
Akhirnya mati karena terus-terusan memaklumi.
Aku saja atau semua merasakannya juga?
—p.s
05 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
ruang ilusi ✓
Poetry𝙟𝙪𝙨𝙩 𝙖𝙣 𝙞𝙡𝙡𝙪𝙨𝙞𝙤𝙣 𝙖𝙗𝙤𝙪𝙩 𝙢𝙚 𝙖𝙣𝙙 𝙮𝙤𝙪. ❝Mari, 'kan kuajak dirimu menuju ruang ilusi. Bercerita dan berbagi suka duka bersama.❞ contains about part of (phosphenous) ruang ilusi ©2018, maruflaco