02

3.2K 441 32
                                    

PLAK!

"WOAH!"

Cowok beralis tebal dan berahang keras itu langsung terduduk dari ketidaksadarannya dengan kaget. Ia mendongak ke kanan, ke arah seorang pemuda berkulit yang tampan dan cantik dalam satu waktu, orang yang menabok kepalanya tadi.

"Yo," sapa cowok itu datar dengan melambaikan tangannya, berjongkok di sebelahnya.

Cowok beralis tebal itu mengernyit ke arahnya, harus marah atau bingung.

"Aish ... Kenapa gue ..." ia menggaruk-garuk kepalanya dengan menghadap ke bawah, lalu menyadari sesuatu. "G-gue ... Gue—?" raut wajahnya yang terkejut itu membuat cowok tadi mengangguk-angguk mengerti.

"Cha Eunwoo, nama lo siapa?" tanya cowok putih susu itu.

Sebelum menjawab, cowok beralis tebal itu mengerutkan alis, netranya bergerak ke atas. Pepohonan tinggi, hutan belantara, langit jingga keunguan, dingin.

Gue nggak inget apapun!

Ia melihat ke arah lain, tampak dua gadis yang memasang wajah terkejut seperti tertangkap tengah membicarakannya.

Mereka semua masih remaja, sebayanya, dan mengenakan pakaian putih yang sedikit usang oleh tanah dan batang pohon.

Gadis di dekat semak-semak berry ungu itu mendekat padanya. Rambutnya panjang legam dan kulitnya putih bersih. Matanya yang sipit itu berbinar.

"Um, hai, nama gue Jung Chaeyeon," sapanya agak kaku, namun dengan senyum lebar.

Teman satunya yang punya mata rubah ikut maju, namun tampak lebih percaya diri. "Gue Kim Jiho, hehe," ujarnya.

"Kita semua lupa ingatan kok, jan curiga gitu," ujar Chaeyeon.

Eunwoo menghela napas sembari berdiri. "Justru karena itu harus curiga, dasar cewek," ujarnya, kembali menatap cowok yang belum mengenalkan namanya itu.

Chaeyeon hanya memutar malas netranya.

Cowok itu hanya diam. Alisnya berkerut, ia tengah berpikir keras. Lengan bajunya yang terlipat itu memperlihatkan urat tangannya yang kuat.

Memperhatikannya sekilas saja Eunwoo bisa tahu dia jago olahraga.

"June, Koo June ..." ucap cowok beralis tebal itu akhirnya, masih menunjukkan ekspresi kebingungan dan khawatir.

"Kita nggak punya banyak waktu, ntar lagi malem," kata Eunwoo, menatapnya.

June mengangguk pelan, lalu berdiri. Namun, saat ia mencoba bangkit, tiba-tiba saja ia terjatuh ke tanah.

Jiho terkejut. "Eh, lo nggak papa?"

June melirik kaki kanannya, begitu pula Eunwoo yang kembali berjongkok untuk melihatnya.

"Itu ..." Chaeyeon hanya bisa melongo begitu melihat mata kaki June yang sebelah kanan.

Dagingnya sobek, terkoyak, hampir tak membentuk mata kaki. Masih ada darah di area sana, hanya saja sudah setengah kering. Anehnya June hanya diam seperti tak merasakan apa-apa.

"Keliatannya bekas pukulan sesuatu," ucap Eunwoo sembari memicingkan matanya, lalu menyolek pelan darah di area itu.

Chaeyeon memasang wajah jijik dan ngeri. "Ih, Enu!"

Eunwoo mengabaikannya dan jemari bekas darah tadi diciumnya, lalu diusap-usapkan antara jempol dan telunjuknya.

"Keknya luka seharian," ujarnya, setengah mengernyit. "17 jam?"

"Berarti ... Kita udah seharian nggak sadarkan diri?" tanya Jiho.

"Bisa jadi," balas Eunwoo, lalu menoleh ke arah Jiho yang tampak sibuk menyibak semak-semak. "Lo ngapain?"

WHITE APRIL • 97line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang