HIDANGAN panas malam itu akhirnya habis juga. Miss Hani membawa kue yang baru diangkat dari oven. Aroma harum menyerbak begitu piring-piring lemon mousse cake itu dihidangkan.
Bak perut karet, mereka masih mengambil sendok dan garpu untuk memenuhi kembali perut mereka yang sudah penuh.
"Apa kalian merasa lelah?"
Suara lembut dan tajam wanita itu kembali melintasi udara setelah sekian waktu. Anak-anak itu tentu saja kompak menoleh.
Eunha mengangguk. "Iya, saya ngerasa kayak habis lari, pegal-pegal, apa kita habis lari seharian?"
June menoleh. "Bukan cuma capek, kakiku juga luka, sebenarnya kenapa?"
Madame Irene menusukkan garpu pada kuenya. "Jawaban untuk Jung Eunha. Kenapa badan kalian semua pegal-pegal begitu terbangun? Itu karena ... sehari sebelum kalian dipindahkan ke sini, ada bersih-bersih ekstra oleh napi karena lapas kalian bakal didatangi gubernur, lalu—"
"Hah? Jadi maksudnya kita semua satu lapas?" Chaeyeon memekik.
Anak-anak itu mengernyit dan saling berpandangan. Beberapanya ada yang berbisik-bisik.
Madame Irene menjawab dengan tenang. "Iyalah, napi dari kota yang berbeda menghabiskan biaya, kecuali memang gawat. Untungnya kalian di satu lapas yang sama."
"Kita akrab ga?" tanya Mingyu.
Madame Irene berdehem sebentar. "Hmm ... No. Kalian semua penyendiri, cukup mandiri buat nyuci baju sama ngelakuin kegiatan penjara."
"Kriteria nomor 1, penyendiri," ujar Eunwoo, terkekeh.
Madame Irene hanya tersenyum tipis.
"Nomor 2, good looking," tambah Chaeyeon tiba-tiba.
June mengernyit jijik padanya. "Gut luking?"
Chaeyeon mengangguk dan menggerakkan netranya ke sekitar teman-temannya saat berbicara. "Iya! Bukannya sombong, tapi ini fakta. Kita semua punya visual yang bagus, maksud gue ... "Di atas standar" kan? Masa iya kebetulan sepuluh anak yang masuk sini semuanya good looking?" ia menoleh ke arah Eunwoo. "Iya kan? Eunwoo?"
Yang ditatap mengangguk dan setengah tersenyum. "Saya ingat muka saya memang begini dari dulu, nggak pernah glow up."
Mereka semua jadi memperhatikan wajah tiap orang seperti mengidentifikasi buku-buku yang berjajar di raknya.
Jiho mengangguk-angguk kecil. "I-iya sih ..."
Jungkook menghela napas. "Alasan June terluka, Madame?"
Madame Irene membalas, "ah iya, soal June. Tadi pagi dia—"
"Aku tau Madame!" potong June keras, nadanya terdengar membentak bercampur takut.
Hal itu tentu saja membuat semua anak memandangnya bingung. Tadi tanya, pas dijawab malah disuruh diam ...
Eunha menopang pipinya dengan tangan, menatap June yang melipat kertasnya.
Pasti ada keterangan di situ ya? Eh? Bukannya itu koran sama identitas? Ah ... Pasti self harm. Haha, muka preman kek dia ternyata alay juga.
Mina menghela napas sembari menatap cowok bermata tajam itu. Alisnya mengerut sampai segitunya, tangannya ngelipat surat agak tergesa-gesa. Kemungkinan besar dia punya catatan self harm, tapi belum tentu kakinya memang karena itu. Selain karena caranya nggak biasa, mungkin aja Madame ngebuat seolah-olah itu termasuk bentuk self harm-nya. Kepribadian June yang kasar pastinya nggak mau kelemahannya terungkap. Orang kayak dia bakal ngorbanin apapun asal bukan harga dirinya. Dia mungkin belum percaya catatan itu sepenuhnya ... Tapi dicap ngelakuin self harm ... Pasti malu-maluin kan buat dia?
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE APRIL • 97line
Tajemnica / ThrillerSepuluh anak terbangun di pulau entah berantah dalam keadaan lupa ingatan. non-baku ©kuronekoya, 2021