97

336 85 7
                                    

"KALIAN tahu apa yang harus kalian lakukan, peserta," ujar pria berkaos dengan sedikit mengancam, mengendarkan pandangannya.

Jaehyun memegang pisaunya erat, begitu juga peserta lain. Kaki-kaki mereka seperti tengah mengisi kekuatan.

"Waktu kalian 1 setengah jam. Sesi 2 dimulai dari ... sekarang!"

Para peserta langsung berlarian ke bilik seperti orang kesetanan. Kala semua orang sudah mengerumuni peti pendingin dan mulai bertengkar hebat, Rose masih diam di tempat.

"MENJAUH!" teriak pria paruh baya bertopeng hyena dengan mengacungkan pisaunya pada semua orang yang ada di sana. Bola matanya seperti hampir keluar, tangannya yang satu melindungi peti es. "AKU DULUAN YANG DI SINI! MENJAUH!"

"Whoa!" orang-orang berusaha menjaga jarak katena ia mulai menebas-nebas udara dengan pisaunya.

Seorang gadis bertopeng gajah berteriak, "Pak! Kita tinggal berbagi, apa susahnya?!"

"Iya! Benar!" angguk orang-orang yang lain.

"Satu untuk satu."

Suara Jaehyun menghisap atensi mereka. Pemuda itu berdiri di ambang pintu, di samping Mina yang seolah menunggu apa yang akan dilakukan pemuda itu. Presensi Jaehyun benar-benar membuat semua orang hanya membisu dengan raut kebingungan melihatnya berjalan pelan ke arah mereka.

Tangan Jaehyun yang salah satunya dimasukkan ke dalam saku celananya itu perlahan terangkat.

"Satu orang dapat satu tubuh utuh, artinya cuma ada delapan pemasak di sesi ini."

Mata Jaehyun menyalak pada seorang pria bertopeng singa. Dengan gerakan kilat, pisaunya langsung dihunuskannya pada jantung pria itu.

Mina masih berdiri belakang, hanya diam menyaksikan pertempuran bunuh membunuh terjadi di depan matanya. Sayur-sayur tumpah dan terinjak-injak, beberapa orang berlarian di balik kaca seperti sedang bermain kejar-kejaran. Teriakan mencabik-cabik ruang itu, sementara ketiga juri duduk santai menonton mereka.

Rose menatap irisan daging di piringnya. Rasanya seperti ada ombak besar tak bersuara yang tengah terjadi dalam dirinya. Ia kemudian berjalan ke arah bilik yang kacanya sudah tercoreng darah itu. Ia mengambil keranjang, lalu mengambil bahan-bahan. Dilihatnya seseorang tengah memotong lengan manusia. Rose tak merasakan apa pun, ia kembali ke mejanya dan mulai memasak.

Mina membanting tubuh itu di dekat wastafel Jaehyun, lalu menghunusnya tepat di jantung. Ia sedikit memejamkan satu matanya yang terciprat darah si topeng serigala yang sekarat itu.

"Boleh juga power lo," ujar Jaehyun, membuat Mina menatapnya yang kemudian menyalakan air untuk mencuci potongan daging miliknya.

Mina menatap wajah tenangnya itu sesaat.

"Boleh juga konsentrasi lo," balasnya sedikit menekan.

"Waktu kita nggak banyak, jangan buang-buang waktu," ujar Jaehyun, menggulirkan matanya sesaat pada Mina, lalu mulai mengolah dagingnya.

Mina tak membalasnya, diseretnya pria itu ke sebelah meja Jaehyun. Lantai yang empuk membuatnya sulit bergerak. Ia berjalan ke arah mejanya, mengambil pisau daging.

Rose memotong-motong roti. Ditatapnya ruangan yang tadinya putih benderang, tenang, dan netral itu kini tercipratan warna merahpenuh gemerisik teriakan dan suara tumbukan pisau, serta bau anyir yang menjijikkan.

"Sepertinya kita kurang teliti menentukan tempat memotong yang pas ya, aku tak tahu akan sebau ini," ujar si juri wanita sembari menutup hidungnya, ia berkata pada temannya, tetapi suaranya itu terdengar hingga belakang.

WHITE APRIL • 97line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang