[6/7 pt. 2]
JIHO dan Phia akhirnya sampai di aula dan berdiri di samping meja hidangan. Benar kata Phia, pesta itu cukup santai. Semua orang masih sibuk mengobrol dengan cemilan. Pemusik memainkan lagu tenang tapi juga mengasyikkan. Bahkan Pangeran Siegfried pun belum terlihat.
"Sambil menunggu pangeran tampanmu itu ..."
Saat Jiho menoleh ke arah Phia, gadis itu menyodorkan sepiring potongan puding padanya. Berbeda dari piring lainnya yang bening, piringnya itu berwarna putih dan lebih cantik. Pasti khusus untuk kerajaan.
"Sorry," ucap Jiho, membuat Phia menaikkan satu alisnya. "Aku nggak suka mangga."
"Hah?"
Jantung Jiho berdenyut kencang. Dia harusnya memakan puding mangga itu, hal yang mudah. Tapi ...
"Terakhir aku muntah-muntah waktu makan itu, mungkin dulu ibuku ngidam mangga mulu jadi aku nggak suka mangga, haha," Jiho mencoba mengeruhkan suasana tegang dirinya. Tapi memang benar, waktu pertama kali mencicipi puding mangga Chaeyeon, dia langsung muntah. Kalau kata Mina, dia pasti punya trauma dengan buah mangga dan kalau dipikir-pikir mangga adalah buah yang menakutkan bagi Jiho.
"Aneh," Phia memandang puding mangga itu. "Padahal mangga justru buah favoritmu." Ia meletakkan piring kembali di atas meja.
Jiho tersenyum canggung dan mengalihkan pandangannya ke arah tangga. Si Siegfried itu mana sih? Jangan-jangan dia nyariin Odette? Rothbart juga mana?
"Kalau jelly stoberi?" Phia menyodorkan sepiring potongan jelly berwarna merah pada Jiho.
"Nah, ini favoritku!" ujar Jiho setengah memekik karena efek tegang tadi. Ia menerimanya dengan senang hati, lalu menyendok jelly itu.
Saat Jiho mendekatkan sendok itu ke mulutnya, ia mencium aroma stoberi yang manis dan asam. Tapi samar-samar, ia menghirup aroma almond.
Almond?
Jiho berhenti, mencium aroma jelly itu lagi dan benar ada aroma almond di sana.
"Kenapa?"
Jiho memandang Phia yang tersenyum aneh. Perlahan pikirannya melambung ketika ia baru pertama kali sampai di istana, makanan yang dihidangkan di kamarnya. Puding mangga.
Dia teringat saat dia baru saja keluar dari sumur. Ralna mengenakan rompi yang sedikit kotor di bagian dadanya. Seperti ... Bekas sepatu.
Jiho merinding.
"Ralna ... Ralna yang dorong aku ..." cicit Jiho.
"Ralna? Ralna siapa? Apa yang kau bicarakan?" tanya Phia dengan wajah yang terlalu ditekankan.
"Aku bukan orang ceroboh," ucap Jiho. "Sebelum aku jatuh, pasti ada sesuatu di sumur yang bikin aku melongok ke dalam sumur yang dinding luarnya pendek itu. Terus pasti ada orang yang dorong, pakai kekuatan besar. Dayang, walaupun keliatannya mereka lemah, mereka biasa ngelakuin hal-hal keras rumah tangga. Waktu aku hampir jatuh, pasti kakiku sempat nendang-nendang udara ... Terus nggak sengaja nendang orang yang dorong aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE APRIL • 97line
Misterio / SuspensoSepuluh anak terbangun di pulau entah berantah dalam keadaan lupa ingatan. non-baku ©kuronekoya, 2021