SELASA, 26 JULI 2050
DI sebuah kamar bermandikan cahaya redup matahari, seorang gadis berambut panjang gelombang membuka matanya perlahan sembari memegangi kepalanya.
"Aah, pusing banget ..." keluhnya, memiringkan badan sambil memijat pelipisnya.
Ia memejamkan matanya lagi, dan teringat rentetan klip acak yang semalam terekam dalam alam bawah sadarnya.
Perasaan kemarin nggak sesakit ini, pikirnya. Apa karena makin jelas? Kue muffin ... Pembunuhan yang gue lakuin ...
Tiba-tiba timbul perasaan aneh dalam hatinya.
"Oh .. hehehe," Chaeyeon tiba-tiba tertawa.
Ia sendiri terkejut dan langsung membuka mata dan menutup mulutnya. Hah? Gue ketawa tanpa sebab? Udah gila ya?
"Lagian jam berapa sih?" keluhnya, duduk dan menatap jam dinding. "Jam 6? Bobo bentar ah, pusing," ujarnya, kembali membaringkan tubuhnya dan menutup mata seraya menarik selimut hingga leher.
Udara pagi begitu sejuk dan bau tanah pagi lebih disukainya daripada malam hari. Pencahayaannya juga cukup. Chaeyeon bisa menghabiskan seluruh paginya untuk tidur jika udara dan suasananya senyaman ini.
Tapi sayangnya, saat ia hampir bertemu dengan mimpi-mimpinya, ia mendengar sesuatu.
"AAAAAAAA!!!!"
Mata Chaeyeon refleks terbuka dan kengerian menjalari tubuhnya.
Jeritan Eunha.
•••
BRAK!
Chaeyeon membanting pintunya dan berjalan keluar kamar dengan mata membulat penuh pertanyaan dan kengerian.
Semua temannya juga keluar dari kamarnya dengan wajah pucat seperti dirinya.
Dan Eunha kembali menjerit.
"Dia kenapa?!" tanya Mina yang tampak was-was, ekspresi yang baru kali ini ditunjukkannya.
"Nggak tau!" balas Jiho, menempelkan telinganya pada pintu kamar Eunha.
Semua gadis mengikutinya dan ikut memasang telinga.
"Eunha! Eunha, lo kenapa?!" teriak Jiho panik.
"AAAAAAA!!!"
Eunha kembali menjerit. Bukan jeritan terkejut, tapi jeritan rintihan. Terdengar suara gesekan yang sepertinya kaki atau tangannya yang menendang-nendang di atas permukaan kasur.
Chaeyeon hanya diam mendengarkan jeritan itu. Dia tidak tahu kenapa, dia hanya bisa diam.
"Eunha!" Rose memutar-mutar kenop pintu dengan panik, lalu membantingkan lengannya ke pintu dengan niat ingin mendobrak.
"Rose?" Jiho memandang Rose yang meringis sambil mengusap lengannya.
"Ck, baru inget gue itu pintu besi."
Mina berjalan menjauhi pintu. "Gue panggil Madame."
"Iya, tolong!" balas Jiho.
Mina segera berlari. Tapi sebelum mencapai tirai merah, Madame Irene dan Miss Hani muncul dengan wajah siaga, berjalan cepat ke arahnya.
"Eunha teriak?" cek Madame Irene mengernyit.
Mina mengangguk-angguk cepat. Keduanya langsung melewatinya, berjalan cepat ke arah gadis-gadis di depan pintu kamar Rosa, kamar Eunha.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE APRIL • 97line
Misterio / SuspensoSepuluh anak terbangun di pulau entah berantah dalam keadaan lupa ingatan. non-baku ©kuronekoya, 2021