14

1.4K 287 53
                                    

KETUKAN-ketukan irama itu seperti menari di sekeliling ruangan. Penuh emosional dan ketegangan yang menagihkan, khas Beethoven.

Jari-jemari pria bermarga Kim itu dengan lihai menciptakan musik yang mengasyikkan sekaligus menenangkan dari sebuah piano.

Anak-anak perempuan tampak antusias sementara laki-laki tampak tak begitu mempedulikan musik itu kecuali Eunwoo.

Moonlight Sonata 3rd Movement, gumam Eunwoo dengan serius. Jemarinya mengetuk-ngetuk lutut seperti memainkan piano. Lagu ini terkenal, tapi rasanya punya arti spesial buat gue. Tubuh gue merinding tapi jantung gue berdebar senang. Apa jangan-jangan ... Oh, gitu ya.

Eunwoo tersenyum, membuat Mina di bagian ujung mengernyit memperhatikannya.

"Mr. Jin udah berapa lama main piano?" tanya Chaeyeon yang memajukan kursinya ke pria itu.

Di ruang musik memang tidak ada meja siswa untuk mempermudah memainkan alat musik.

"Berapa ya ... Mungkin 10 tahun," jawab Mr. Jin santai.

"Woah, udah pintar, jago masak, pinter piano lagi. Dunia nggak adil ya," ucap Jiho yang bermaksud memuji.

"Haha," Mr. Jin tertawa hambar.

"Oiya Mister, gimana kabar Eunha?" tanya Rose sedikit cemas.

"Dia masih pingsan, tapi kondisinya baik-baik aja kok," balas Mr. Jin yang masih fokus pada pianonya.

"Kayaknya dia syok berat ..." gumam Mingyu sambil melipat tangannya di dada, teringat pembicaraan di taman tadi.

"Oh iya," Mr. Jin berhenti memainkan piano. "Jam terakhir kalian diganti konseling lho."

"Hah? Konseling?!"

•••
















Pelajaran terakhir dimulai pukul tiga sore. Murid-murid keluar dari ruang Sains yang terletak di lantai dua dan bersama-sama menuju ruang konseling yang tepat berada di sebelah kantor kepala asrama.

Ruang konseling beda dari warna kebanyakan ruangan, tapi bukan berarti terkesan spesial. Ruangannya tak begitu besar, lebih kecil dari kamar tidur. Dindingnya yang terbuat dari kayu berwarna putih dan lantainya berlapis karpet berwarna tan tua. Ada dua sofa single berwarna tan muda yang saling berhadapan di dekat tiga jendela yang berjejer. Di meja yang terletak di antara sofa ada vas berisi bunga lily of the valley dan tisu. Ruangan ini adalah satu-satunya ruangan yang lukisannya terkesan modern dan jendelanya berkerai.

Rose membuka pintu ruang konseling yang sedikit terbuka.

"Madame ..." ucapnya pelan, menyembulkan kepalanya ke dalam ruangan dan menatap ke sekitar, tapi tak ada siapapun.

"Nggak ada ya?" ujar Jiho, dibalas anggukan Rose.

Chaeyeon menengok ke kanan dan ke kiri lorong. "Btw ... Mana Mingyu?"

Mendengar itu, mereka semua ikut celingukan hingga orang yang dicari-cari pun muncul dari lorong dengan berlari.

"Lo dari mana?" tanya Jungkook.

Mingyu yang wajahnya tampak cerah menjawab dengan cengengesan. "Abis bantuin Bu Lee sebentar di dapur, hehe."

"Lo sebegitu pengennya ya sama hadiah itu," ujar Chaeyeon.

"Dia juga tambah akrab sama Bu Lee," celetuk Jungkook.

Mingyu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hehe, harusnya gue beli itu dari dulu, tapi baru kepikiran sekarang."

WHITE APRIL • 97line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang