“KATANYA lo mau bilang sesuatu setelah pesta, emang apa?” tanya Eunha, menatap punggung pemuda yang berjalan di depannya itu.
Mereka melewati beberapa pria dan wanita yang tengah mengobrol, lalu ke stan makanan di mana Jaehyun dan Jiho sudah menghilang dari sana.
“Kalau gue bilang, lo bakal percaya?” tanya Jungkook balik.
Eunha menelan ludah, rasanya ia tahu apa yang akan dikatakan Jungkook hingga jemarinya meremas gaunnya. Namun, ia berusaha tenang dan fokus.
“Coba aja,” balasnya, terdengar seperti menantang.
Mereka berhenti di depan jajaran kue beraroma manis. Jungkook diam dan Eunha menatapnya takut-takut di sampingnya. Pemuda itu kemudian menolehkan wajahnya. Bibirnya membentuk senyuman, senyuman yang manis dan lembut.
“Gue suka lo, Jung Eunha.”
Mendengar itu, Eunha hanya bergeming.
Dari kejauhan, Jiho menatap Rose yang tengah mengobrol dengan Mingyu dan Mina sembari melahap kue dan meneguk jus. Ia dan Jaehyun duduk di seberang, di mana pasangan-pasangan yang menari di tengah aula membuat keberadaannya tidak mencolok.
“Kamu kenapa sih, minjemin jasmu ke dia?” tanya Jiho yang akhirnya tak tahan.
Jaehyun memotong kue cokelatnya dengan garpu, lalu menusuknya. “Kenapa? Cemburu?” ia terkikik, lalu melahap potongan kue itu.
Jiho mendecak, “Jangan kekanakan, Jaehyun. Kalau dia baper sama kamu gimana? Mungkin menurutmu itu tindakan yang nggak berarti apa-apa, kalau dingin ya pakai jaket, semudah itu, tapi bagi dia, bisa aja dia nganggapnya lain.”
“Emangnya kenapa kalau dia baper?” Jaehyun tersenyum, membuat Jiho terhenyak. “Dia baper atau nggak, itu nggak berarti apa-apa. Nggak ada yang perlu dibuktiin atau diselesaikan, rasa suka itu nggak lebih dari sekedar fantasi. Dia pikir tindakanku spesial, tapi nyatanya aku cuma ngikutin prosedur yang kamu bilang: kalau dingin, pakai jaket.”
Jiho memperhatikan kekasihnya yang terus mengunyah kue cokelatnya itu. Bahkan hingga kini, rasanya ia tak benar-benar mengenali Jaehyun. Fantasi dia bilang? Argumennya tentang cinta membuatnya sedikit tidak nyaman.
“Terus, perasaanmu ke aku, itu juga fantasi?” pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Jiho.
Jaehyun tertawa kecil, “Jiho, Jiho, ckck,” ia menoleh dan membelai lembut kepala gadis itu. “Cewek mana lagi yang bisa bikin aku kekanakan begini?”
Jiho berusaha keras menahan senyumnya, terlebih ketika Jaehyun yang tanpa permisi mengangkat tangan kanannya, lalu mengecup punggung tangan gadis itu. Hal itu membuat jantungnya berdebar kencang dan bunga sakura seolah mekar di atasnya.
“Tanganku jadi kena kena cokelat nih,” gerutu Jiho, memperhatikan punggung tangannya masih terasa geli.
“Yaudah, kalau gitu kutemani cuci tangan,” Jaehyun menggandeng tangannya untuk berdiri. “Aku mau buang ini,” ujarnya sembari mengambil gelas pecah yang sejak tadi berada di bawah kursinya.
“Ya ampun, belum dibuang juga?”
Keduanya berjalan bergandengan ke ujung ruangan di mana sebuah tong sampah berlapis warna silver terletak. Tong sampah itu kecil, sedikit tertutupi oleh meja-meja sehingga tidak mengganggu keelokan tempat. Sepertinya tong itu ada hanya untuk sebagai rekomendasi bagi orang-orang yang menyukai keadaan bersih tanpa kotoran di bawah kursi.
Namun, ketika hampir sampai di sana, tiba-tiba Miss Hani berdiri menghalangi mereka. Jiho masih mengaitkan tangannya erat pada lengan Jaehyun. Di tangan Miss Hani, ia membawa segelas sirup.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE APRIL • 97line
Mystery / ThrillerSepuluh anak terbangun di pulau entah berantah dalam keadaan lupa ingatan. non-baku ©kuronekoya, 2021