[2/5]
"MUNGKIN kita harus periksa ..." ucap June pelan, ia menelan ludah dan berjalan memutari meja.
"L-lo serius?" desis Eunha yang suaranya seperti tertahan.
Kaki June sudah tergerak ke arah dapur dan matanya sudah fokus ke sana, jadi Eunha buru-buru mengekorinya.
June menganga sambil menarik rambutnya ke belakang dengan frustasi.
Eunha yang melihat pemandangan di dalam sana ikut menganga dengan menutup mulutnya dengan tangan.
Di dekat oven, wanita bule tadi tergeletak di lantai dengan gaun bersimbah cairan merah. Kini mereka tahu bahwa gaun itu seharusnya putih terang dan celemek itu berwarna putih gading. Bibir merah wanita itu tak membentuk senyum tapi matanya masih melotot. Matanya berwarna biru sendu. Cairan itu menyebar, menjilat lantai dengan lamban seperti lahar merah. Sebuah radio kuno terletak di atas meja dapur.
"Gila ..." komen pertama yang dilontarkan June. "Dia ditembak di mana? Eh, tadi itu suara tembakan kan?"
Eunha tak menjawab. Dia sudah tak tahan dengan pemandangan seperti itu. Gadis itu menoleh ke segala arah, mencari seseorang yang dia harapkan tidak ada.
June melangkah masuk mendekati mayat itu, membuat Eunha mendecak, teringat Mina. June berjongkok di depan wanita mati dengan mata melotot itu, dia berusaha menahan degup jantungnya untuk tetap tenang.
Eunha makin risih melihatnya. "Udah Jun ... Mending kita nyari petunjuk. Oh, lo dapat telepon kan tadi?"
June memicingkan matanya pada tangan wanita itu. Tangannya seperti menggenggam sesuatu, sebuah kertas lebih tepatnya. Dengan hati-hati, June membuka jari-jemari itu.
"Lo gila ya?" pekik Eunha, lalu menutup mulutnya, menoleh ke belakang, lalu kembali menghadap June yang sudah mengeluarkan sebuah kertas. "A-apa bacanya?"
June menelan ludah. "Hm ... 'Search them, now.'"
"Them?" Eunha mengernyit. "Cari apa juga?" ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
June menggeleng. "Gatau njir, ga jelas banget," ia berdiri dan menatap ke sekitar, masih dengan memegang secarik kertas yang penuh bekas lipatan itu.
Eunha menoleh ke belakang, menatap foto-foto yang terjepit di tali dari kejauhan. "Foto-fotonya ..."
June menoleh, lalu berdiri. "Ash, males banget gua," ia melangkah cepat ke arah pintu, diikuti Eunha yang juga terburu-buru.
June berdiri di depan lembar-lembar foto yang terjepit itu. Ia mendekatkan wajahnya pada salah satu foto. Eunha juga memperhatikan foto-foto lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE APRIL • 97line
Misteri / ThrillerSepuluh anak terbangun di pulau entah berantah dalam keadaan lupa ingatan. non-baku ©kuronekoya, 2021