86

464 98 37
                                    

MINGYU mengernyit, menatap tajam Mina. "Maksud lo?"

Jelas-jelas dia melihat bagaimana June seorang diri mendorong Hyunjae hingga keduanya terjun.

Mina berbicara dengan cepat, "kalau liat kembali kasusnya, emang ga ada yang aneh, tapi kalo emang game ini cerminan dari game kita sebelumnya, ada kebetulan kecil yang aneh ... Gue pikir, June sama Jaehyun ... Waktu itu, sebelum game dimulai, mereka nggak ke kamar kecil."

Ingatan tentang June dan Jaehyun yang izin ke kamar mandi.

Eunwoo mengecek kotak hitam pada jam weker di atas mejanya. "9 menit sebelum game dimulai," jawabnya.

"Hah? 9 menit? Gue ke WC deh!" seru June yang langsung berlari keluar dari ruang makan.

"June!" seru Eunha.

"Gue juga ya," kata Jaehyun yang ikut meninggalkan mereka.

Jiho jatuh ke tanah, terduduk dengan ekspresi kosong.

"Jiho?" Rose berjongkok di sebelahnya.

Jiho berkata, "waktu gue liat mereka balik ga ada bekas air sama sekali. Jaehyun orangnya bersih, waktu itu gue pikir mereka emang bukan ke WC tapi gue ga ambil pusing soal itu ..."

"Jadi ... Jaehyun tau June mau bundir? Atau jangan-jangan dia manipulasi June buat bundir?" Mingyu menatap punggung Jaehyun dengan ngeri.

"Jaehyun, lo bicarain apa sama June?!" teriak Rose dengan raut tegang, marah, dan tak percaya menjadi satu. Ia masih berada di samping Jiho.

Jaehyun menoleh ke arah mereka, memandang dingin keenam temannya yang syok itu.

"Sebelum bel bunyi, gue dapat instruksi buat ngomong empat mata sama June setelah ketemu dia di ruang makan," jelasnya. "Waktu gue liat dia masuk, cara dia natap gue, gue tau dia punya sesuatu yang harus dibicarain. Satu hal yang mungkin kalian nggak tau tentang June ... Dia depresi berat."

"Kami juga tertekan," balas Eunha yang berusaha mengatur amarahnya.

"Ya, kita semua tertekan, tapi kita semua sedang berjuang hidup kan? June nggak. Seperti yang udah dijabarin, dia menderita sindrom yang bikin dia nggak bisa ngerasain rasa sakit. Alih-alih ngerasa jadi superhero, hati June yang sudah lama mati, ditambah tubuhnya yang nggak bisa mendeteksi rasa sakit bikin dia ngerasa bagai mayat hidup. Dia selalu cerita ke gue tentang itu. Tapi malam itu, dia jelasin kalau game itu tentamg bunuh dirinya. White April manfaatin depresi June untuk ngorbanin dia sebagai tumbal game. June, walaupun hatinya mati, tapi egonya masih ada. Jiwa nggak mau dipandang lemahnya itu masih kuat. Makanya, dia setuju White April bakal buat dia mati seolah dia melindungi temannya ... Padahal sejatinya dia mati untuk dirinya sendiri."

Rose memandang Jaehyun yang berwajah datar itu dengan raut tak percaya, amarahnya berubah menjadi kesedihan.

"Jadi ... Lo tau semua yang bakal terjadi hari itu?"

"Nggak semuanya, Eunwoo nggak seperti yang diprediksikan, tapi yah, gue cukup memastikan ga ada yang bisa ngehalangi June buat bundir."

Mingyu masih tak percaya teman yang dipercayainya itu dapat melakukan hal semengerikan itu.

"Kenapa lo nggak nolak waktu itu?!" teriak Mingyu.

Jaehyun menghadapnya dan berseru, "kalau gue nolak, lo yang mati!"

Mingyu tercekat.

"Game ini lebih kompleks dari yang kita pikirkan, bahkan kematian pun udah diatur. Sekarang tiba kematian gue," ucapnya, tanpa ekspresi, dan tanpa beban sedikit pun seolah dia sudah pasrah.

WHITE APRIL • 97line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang