SUARA terompet berbunyi, diikuti alunan musik lainnya. Kedua sayap pintu dibuka lebar oleh penjaga. Ruang yang terang itu memamerkan keanggunan dan kemewahan dengan sebuah jalan terbentuk oleh para tamu yang berdiri di pinggir, dengan sangat rapi.
“Miss Rose,” bisik Mr. Wilde, menunjukkan lengannya yang sudah terangkat.
“Oh, sorry,” ucap Rose gugup, segera mengaitkan jemarinya itu ke lengan si pria.
Jaehyun membuang napas panjangnya, lalu melangkah memasuki ruangan itu. Rombongan di belakangnya mengikuti dan langsung mendapat sambutan tepuk tangan serta riuhan meriah dari para hadirin.
Eunha mengendarkan pandangannya, menatap langit-langit yang kini tampak lebih jelas menunjukkan lukisan bergaya Eropa yang menawan. Tangannya sejak tadi bergetar memegangi Jungkook.
Keempat pasangan itu berhenti di tengah aula dengan menempati empat titik yang berbeda pada diameter yang terbentuk cukup lebar itu. Musik berhenti, menyisakan hening. Para pasangan menyiapkan diri untuk hentakan musik berikutnya.
Berdansa, atau yang dimaksud di sini adalah tarian waltz merupakan salah satu kemampuan yang disemarakkan Korea Selatan sejak 2040. Tarian ini telah masuk dalam kompetensi wajib SMP hingga SMA. Kewajibannya sendiri dilatarbelakangi dengan kerja sama politik Barat yang kian mengerat. Namun, hal itu tidak serta merta menjadi beban dikarena popularitas budaya kuno Barat yang dinilai elegan menjadi trend anak muda. Acara bertema kebudayaan Barat sering diadakan, bahkan tarian waltz sering menjadi salah satu rangkaian wajib penutup SMA.
“Jangan gugup,” desis Jungkook yang menatap lurus Eunha, merasakan tangan gadis itu sedikit gemetar di tangannya.
“Lo yang gugup,” balas Eunha membalas tatapannya, sedikit keras.
Detak orkestra pun menggema. Keempat pasangan langsung tersihir mengikuti ritme musik. Alunan musik menyihir keempat pasangan itu untuk memulai tariannya. Perlahan, hadirin lainnya mulai bergabung untuk berdansa.
Tubuh mereka bergerak otomatis, seperti gerakan senam irama yang dihafal di luar kepala. Rasanya mereka begitu paham dengan gerakan dansa, tetapi membayangkan diri yang menarikannya di masa lalu, dengan siapa, di acara apa, gejolak dalam diri itu sangat memuakkan karena seperti berusaha menggapai sesuatu yang tak juga ditemukan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Jago banget,” ujar Jaehyun tersenyum pada gadisnya, matanya tak teralihkan sejak tadi sementara tangannya bertaut dengan milik Jiho dan tangan satu lagi berada di pinggang gadis itu.
Jiho tersenyum, “Ini favoritku, The Second Waltz, Dmitri Shostrakovich.”
“Kalau Eunwoo masih idup, pasti kamu nggak bisa berhenti ngomongin musik klasik,” balas Jaehyun, sepatunya berketuk tanpa suara.
Senyum Jiho sedikit kaku, kembali sadar bahwa Eunwoo telah mati. Namun, dia tak ingin mengganggu suasana kala itu. Jaehyun begitu sempurna malam ini, gaun yang dikenakannya juga sangat indah, dan juga, ia takut “kehilangan” rasa lagi kepada pemuda itu.