BEL berbunyi, para peserta berhamburan ke bilik bahan dan alat memasak. Rose ikut-ikutan berlari ke arah bilik. Ia dihadapkan pada kulkas, rak, serta kotak bahan masak. Berbagai alat memasak khusus pun juga disediakan hampir sangat lengkap.
Melihat rak telur hampir habis diserbu, Rose cepat-cepat mengambil keranjang dan berusaha menerobos.
“Woa!” pekiknya ketika satu telurnya meluncur dari tangannya.
Syukurnya lantai yang terbuat dari busa itu menjaga kesempurnaan telur itu. Rose masih menahan napas saat memungut telur itu. Sudah habis, ia mendapat dua telur, ditambah satu di atas meja menjadi tiga telur.
“Orang-orang pada gercep banget dah,” desisnya panik, melihat satu persatu peserta mulai meninggalkan bilik.
Melihat roti sourdough, Rose langsung memikirkan salah satu masakan “sederhana” yang pernah disajikan di asrama. Segera disambarnya satu buah roti, lalu mentega, garam, lada, olive oil, dan daun parsley. Rose juga mengambil alat-alat seperti panci teflon, spatula, dan lainnya.
Sesampainya di tempatnya, wangi bumbu bercampur telur membumbung di udara. Rose menengok jam dinding, sisa 14 menit. Cepat-cepat ia memotong satu roti menjadi tiga bagian, lalu memanggangnya dengan mentega.
“Apa ini?”
Rose melirik peserta di depannya yang tengah dicek oleh si juri wanita. Si peserta menjelaskan apa yang tengah ia buat sembari mengocok saus hijau. Rose melihat ada beberapa potong roti dan jamur di sana.
Sang juri yang sepertinya menyadari tatapan Rose itu berjalan ke arahnya, membuat gadis itu terkejut dan kembali fokus pada rotinya. Aroma parfum mahal menghampirinya kala wanita itu berdiri di depan Rose yang kini mulai mengocok telur.
“Keliatannya banyak yang makai roti ya?” ujar wanita itu, hanya dibalas senyum Rose yang tak fokus. “Mau seratus orang membuat menu yang sama, koki sejati pasti bisa menyajikannya berbeda dan enak. Apa ini?”
“Sourdough toast with scrambled egg,” jawab Rose yang suaranya hampir tak terdengar akibat berisiknya dapur.
Juri itu mengangguk-angguk, “good luck.”
“Thank you Chef,” ucap Rose kaku.
Jaehyun melirik Mina dan Rose bergantian, lalu mengendarkan pandangannya ke sekitar di mana para juri sudah berpencar.
Sejauh ini nggak ada yang aneh …
“Lima menit lagi,” ucap juri berdasi dengan miknya.
Para peserta berusaha mempercepat gerakan mereka, tetapi juga menjaga kehati-hatian terlebih pada lantai busa yang sedikit mengganggu pergerakan.
“Hitungan habis angkat tangan kalian semua,” ujar juri wanita.
Hampir seluruh peserta tengah menyajikan masakan mereka di piring. Mina yang tengah sibuk menghias masakannya menoleh ke belakangnya sesaat, untuk memastikan bahwa memang benar suara ringisan yang ia dengar sejak tadi berasal dari peserta di belakangnya yang tampak berkeringat dingin.
“Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua, satu! Angkat tangan!”
Semua peserta mengangkat tangan seolah mereka akan ditembak.
“Yang nomornya dipanggil, segera maju ke depan,” ujar juri berkaos. “Satu.”
Peserta nomor satu, lebih tepatnya si topeng serigala di seberang Mina berjalan mengangkat nampannya. Para juri mulai mencicipi masakannya.
Mereka tak banyak bereaksi, bahkan komentar pun tak ada. Jaehyun, Rose, dan Mina menekankan fokus mereka ketika ketiga juri itu mengangkat papan kecil yang rupanya skor dari masing-masing mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/254473400-288-k628752.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE APRIL • 97line
Mistério / SuspenseSepuluh anak terbangun di pulau entah berantah dalam keadaan lupa ingatan. non-baku ©kuronekoya, 2021