[3/5]
TEPAT saat June menoleh ke belakang, dari kegelapan muncul seekor kuda hitam berlari ke arahnya dengan seorang penunggang berzirah dengan senjata pedang. Mata kuda itu menyala merah dan napasnya kuat seperti banteng.
"WOAH!" pekiknya, berlari ke arah sang Ratu yang diam di tempatnya seperti patung. Melihat gerakan June, penunggang itu melambatkan laju kudanya.
June bersembunyi di balik Ratu, lalu cepat-cepat mendongak. "Anda bakal ngelindungi saya lagi kan?" tanyanya penuh keyakinan.
Ratu tak mengubah posisinya dengan senjata dan perisai yang digantung hingga menyentuh lantai yang dingin. Ia tetap menghadap lurus ke depan.
"Only once," jawab Ratu pelan.
June tercengang dan mengernyit. "Hah?!"
"Letakkan bidak itu di papan," ucap Ratu lagi.
"Papan apanya?" June menoleh ke depan, lalu terkejut karena di depan Ratu sudah berdiri sebuah meja kayu.
Di atasnya ada sebuah papan catur di mana hanya bidak hitam yang lengkap, tak ada satu pun bidak putih di sana. June melihat ke seberangnya, di dekat kuda bermata merah dengan napas kasar itu juga berdiri sebuah meja dengan papan dan bidak-bidak hitam.
Masih dalam kebingungan, June meletakkan bidak queen atau singkatannya 'Q' di atas kotak hitam. Posisinya berada di baris ke -5 atau baris 'e' kolom pertama atau '1' yang kalau dibaca posisinya adalah e1.
Gue punya firasat buruk soal ini ... Batin June menelan ludah.
Ratu berseru, "cepat, cari bidak lainnya, waktumu hanya sampai pukul 10 sampai permainan dimulai!"
June menghadap cepat ke arah kuda itu. Sang penunggang melayangkan cambukan, membuat kuda itu kembali meringkik keras sampai menendang udara dengan kedua kaki depannya, bersiap mengejar June kembali.
"Aishh, kangen Loki gue ..." June melangkah mundur dengan tatapan siaga, lalu mulai berlari kabur.
June terus berlari menyusuri lorong dengan kecepatan penuh. Otot kakinya bagus dan lincah, lengannya pun kuat saat membelah udara. Meneruskan kebiasannya berdasarkan data dirinya, ia melakukan 100 kali push-up, 100 sit-up, 100 squat jump, dan berlari 10 kilometer setiap hari. Itulah kenapa ia dapat berlari sangat kencang dan kuat, hampir menyamai kecepatan kuda yang mengejarnya.
BRAK!
June menutup pintu kamar yang ia masuki. Pintu itu terbuat dari bahan kokoh dan kuncinya pun masih aktif, keberuntungan kedua June.
Kuda itu meringkik dari luar dan menendang-nendang pintu. Sayatan pedang yang dihujamkan prajurit pun tak bisa menembus pintu.
June melangkah mundur perlahan dengan napas terengah, tapi ia tak berkeringat seperti biasanya. Setelah derap kuda itu berlari meninggalkan kamarnya, ia menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE APRIL • 97line
Mistério / SuspenseSepuluh anak terbangun di pulau entah berantah dalam keadaan lupa ingatan. non-baku ©kuronekoya, 2021