RASA manis yang tersisa di mulut bekas kudapan itu terasa sedikit menyakitkan, aromanya berubah menjadi sedikit menyengat.
Walau kue itu enak dan perut mereka terisi, bayang-bayang kematian membuat mereka kesulitan menikmati semuanya.
Jiho masih berusaha mengunyah red velvet yang ia pegang walau bersusah-payah, karena hanya itu satu-satunya harapannya untuk membuatnya tidak panik.
Jaehyun menatap bagian dalam cangkir teh yang sudah dihabiskannya sejenak.
Di bawah piring yang sudah kosong, Eunha baru menyadari ada kertas kecil yang diselipkan di sana. Ia pun mengambil dan membaca baris-baris tulisan di sana dengan suara yang cukup menancap atensi semua orang.
"Koo June menderita penyakit langka, CIPA (Congenital insensitivity to pain with Anhydrosis). Penderita CIPA tidak dapat merasakan rangsangan seperti sakit, panas, dan dingin, juga tidak dapat berkeringat."
Eunha tampak berpikir, semua yang mendengarnya ikut berpikir.
Jungkook teringat hari-hari ketika mereka masih melakukan kegiatan "normal" asrama. June kuat, dia energik dan aktif, tetapi dia tidak pernah lelah dan bahkan tak tampak kesakitan ketika ia terluka.
"Ternyata gitu .." ucap Jaehyun pelan, isi kepalanya berakar-akar.
Di saat mereka memikirkan June dalam diam dengan speakulasi mereka masing-masing, tiba-tiba seseorang berteriak.
"AAA!!"
PYAR!
Semua anak memandang Jiho dengan terkejut. Awalnya mereka melihat raut kengerian Jiho seperti melihat setan, tetapi tatapan mereka berpindah pada pecahan piring dan remah-remah kue yang berhambur di lantai. Ada satu potongan berbentuk aneh di sana, dan dengan cepat mereka menyadari itu adalah jari kaki manusia.
Rose menutup mulutnya. Semua orang terpaku seperti batu.
Jungkook perlahan mendekati jari itu.
"Jungkook, lo ngapain?" bisik Eunha, tak kuat bersuara.
Jungkook bergeming sesaat dengan raut memohon, lalu ia menoleh pada Eunha.
"Ini kelingking June."
Mina menelan ludah, berusaha tetap tenang. "Dari mana kesimpulan lo?"
"Waktu latihan kelingking June ga sengaja kejatuhan batu, tapi dia ga kaget. Bentuk lukanya, gue ingat bentuknya gini," ucap Jungkook sambil menunjukkan kelingking itu pada Mina.
Mina memicingkan matanya, menangkap garis-garis yang nyaris tak terlihat di batang jari itu.
"R?"
"Apa maksudnya coba?" tanya Eunha yang bahkan tak dapat menelan ludah, merasakan manis di tenggorokannya ... Yang mungkin tercampur dengan organ temannya sendiri.
Mingyu bangkit, lalu mendekati meja yang menyisakan beberapa jejer kue, termasuk sepertiga kue red velvet yang dimakan Jiho.
"Ayo bongkar semuanya," ucap Mingyu, lalu mengambil piring red velvet dan menggalinya layaknya itu adalah mainan tanah liat.
Jungkook, Eunha, dan Mina mengikutinya. Ada donat isi jeli stoberi, Jungkook membelahnya kasar dan seperti kejutan, ada potongan kecil jari di sana. Mina dan Eunha juga menemukannya di kue yang mereka hancurkan. Mingyu dengan tangannya yang belepotan krim melempar sebuah jari ke lantai.
Mereka bertujuh berkumpul dan berusaha mengidentifikasi huruf yang tertulis. Ada lima jari, mereka dengan takut-takut menyusunnya hingga terbentuklah sebuah kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE APRIL • 97line
Mystery / ThrillerSepuluh anak terbangun di pulau entah berantah dalam keadaan lupa ingatan. non-baku ©kuronekoya, 2021