93

326 60 12
                                    

“Educating the mind without educating the heart is no education at all.” –Aristoteles








PUKUL 4 pagi gerombolan kaki itu berjalan beriringan memasuki hutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


PUKUL 4 pagi gerombolan kaki itu berjalan beriringan memasuki hutan. Bayang-bayang mereka seolah bersatu dengan kegelapan hutan yang misterius. Angin yang berembus menusuk, sementara hanya kain putih tipis yang melapisi mereka.

Jaehyun setengah melirik pengawal di sampingnya.

Walaupun di zaman modern kayak gini, kita masih pakai obor … batinnya, lalu melirik sebuah gelang besi yang melingkari pergelangan tangannya. Mereka bertujuh memakainya, membuatnya semakin penasaran.

Jiho menatap takut-takut ke atas sembari memeluk dirinya yang kedinginan. Kadang seperti ada yang terbang di atas mereka, terkadang juga seperti ada yang bergerak di antara pepohonan.

Jungkook melirik Mingyu. “Lo nggak kebelet kan?”

Mingyu mendecih, “timing ngelawak lo nggak pas bro.”

Mingyu dan Jungkook yang seperti akan mengoceh lagi tiba-tiba terhenti oleh tangan pengawal. Mereka semua berhenti di depan sebuah pohon yang sudah ditebang di mana kumpulan daun berserakan di sekitarnya.

“Buka sekarang,” ucap Miss Hani dengan mata tertuju pada area dengan daun berserakan itu.

Beberapa pengawal menyingkirkan kumpulan daun berserakan yang cukup tebal itu. Di sana rupanya ada sebuah penutup berukuran sekitar 1x1 meter berwarna gelap, dan sepertinya masih ada penutup dengan gembok di bawahnya.

Jaehyun menatap Miss Hani. Wajah cantiknya yang sadis setengah menyala oleh obor.

“Kenapa Miss Irene nggak ikut?”

Miss Hani menoleh. “Hari ini cukup saya saja yang bertugas.”

Jaehyun dan Miss Hani bertatapan selama beberapa saat.

“Miss, sudah,” ucap seorang pengawal bertopeng beruang, membuat tatapan itu berhenti.

Kini mata ketujuh anak itu seluruhnya tertuju pada lubang berbentuk persegi di hadapan mereka. Lubang yang benar-benar gelap.

“Jaehyun,” Miss Hani kembali menatap pemuda itu, “kau pertama.”

Tentu saja itu membuat yang lainnya gelisah.

“Anda mau … Kami semua lompat ke sana? Ke dalam lubang gelap itu?” tanya Mingyu dengan tatapan segan.

“Ya, sesuai urutan yang saya sebutkan. Ayo Jaehyun,” Miss Hani merentangkan tangan kanannya pada lubang itu.

Jaehyun menoleh pada teman-temannya, lalu tanpa berniat menerima balasan, ia langsung berjalan ke depan lubang itu.

Kepalanya sedikit melongok pada lubang itu. Lubang yang seharusnya bisa ia perkirakan setidaknya ada bebatuan atau tumpukan tanah di sana tampak seperti kegelapan tanpa ujung. Ia mendorong sebuah kerikil ke dalam sana, tetapi tak mendengar sesuatu seolah kerikil itu menghilang begitu saja.

WHITE APRIL • 97line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang